Stupid Liar Part 3

wpid-stupid-liar-poster-by-noranitas-jpg

Syalalalala~~ part 3 stupid liar rilis yeahh~~ sesuai request para readers, part ini diperbanyak loh..kekeke~
so, happy reading yeah, dont be a silent readers guys^^

part sebelumnya >> part 1  part 2


Author             : Vixme

Title                : Stupid Liar part 3

Genre              : Family, Romance, Sedikit Berbau Yaoi (?)

Cast                 :

  • Park Moonbyul (Mamamoo)
  • Ken (VIXX)
  • Leo (VIXX)
  • Park Kyungri (9Muses)
  • Han Sang Hyuk (VIXX)
  • Cast bisa bertambah seiring FF berjalan

~Summary ~

Semua orang apabila masuk dalam zona kebingungan bernama terdesak. Pasti tidak bisa berfikir jernih. Apapun akan dilakukan demi bisa keluar dari zona tersebut dengan segera sekalipun harus berbohong. Berbohong pada diri sendiri orang lain bahkan dunia tempatnya berpijak..


“Apa kau sedang mencari putri kecilmu tuan”

“Ya, aku melihat Park Moonbyul, dan kusarankan agar kau segera menjemputnya sebelum dia menjadi gelandangan di kota ini”

“Cepat jemput Moonbyul di Gwangju sekarang juga, kau jangan terlalu lembut dengan gadis itu” perintah Mr. Park.

“Baik tuan” jawab tuan Han.

–000–

Mendapat  informasi  dimana  Moonbyul berada Mr.Park  selaku  ayah Moonbyul  langsung  mengutus kaki tangannya itu Han Sang Hyuk untuk segera menjemput Moonbyul di Gwangju. Hyuk adalah seorang kaki tangan Mr. Park yang tidak pernah sekalipun membantah atau pun menunda setiap perintah, dan tidak ada satupun pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan oleh Hyuk dengan cepat maka itulah alasan mengapa Mr.Park sangat percaya padanya.

“Jangan pernah kembali sebelum menemukan Moonbyul” titah Mr.Park pada Hyuk, pria itu hanya membungkuk memberi hormat  pada  Mr, Park sebagai  tanda sanggup menerima perintah.

Tanpa sepengetahuan Mr.Park  dan  Hyuk, Kyungri  mendengar percakapan tersebut. Reflek membungkam  mulutnya, dia  harus  bergerak cepat  sebelum  Hyuk berhasil  menemukan  Moonbyul. Tak lama Kyungri  menyadari  jika  knop  pintu ruangan  itu  terlihat bergerak  dan  akan terbuka, segera  dia  mencoba berakting  sebaik mungkin  untuk  menutupi kegugupannya  di  depan seseorang  yang  akan keluar  dari  balik pintu  tersebut.

“Kyungri, apa  yang  kau lakukan disini?” ternyata yang keluar pertama kali adalah Mr. Park yang notabene adalah ayahnya sendiri, barulah Hyuk keluar membuntuti sang ayah dari belakang.

“Ini adalah kantor ayahku, apa aku dilarang menginjakkan kaki disini?” Kyungri merangkul lengan sang ayah manja dan melempar senyuman termanisnya, namun tidak saat ekor matanya melirik kearah Hyuk.

“Ingat kau ini sudah dewasa, kenapa kau sangat manja??”

“Presdir..Nona besar saya permisi dulu” Hyuk membungkuk pada ayah dan anak tersebut dan bergegas berjalan keluar untuk melaksanakan perintah sang atasan.

*****

Selang beberapa menit dari kepergian Hyuk, Kyungri pun pergi menuju Gwangju, namun dengan rute berbeda lantaran tidak ingin Hyuk mengetahuinya. Sesampainya di apartement Moonbyul, Kyungri segera membawa pergi Moonbyul ke tempat yang lebih aman dari jangkauan Hyuk, mengingat pria itu memiliki radar yang cukup kuat sama halnya dengan radar seekor dolpin.

“Moonbyul, tuan Han sedang menuju kemari, sebaiknya kemasi barangmu sebelum dia sampai” kata Kyungri sambil menurunkan koper Moonbyul dari atas lemari dan membantu Moonbyul mengemas pakaian.

“Apa eonnie yakin tuan Han akan menemukanku disini??”

“Apa kau lupa dia adalah anjing pelacak appa huh? Mencari seseorang bukanlah hal yang sulit baginya. Sudah cepat jangan banyak bicara, kita pergi sekarang”  Kyungri menyeret koper Moonbyul, menunggu Moonbyul menyelesaikan seluruh barang-barangnya dan segera keluar dari apartement.

Langkah mereka menuju mobil seketika terhenti saat mendapati seorang pria tengah bersandar di mobil Kyungri sembari memainkan ponselnya. Hyuk melempar senyuman yang sengaja di buat-buat pada 2 kakak beradik di hadapannya.

“Kebetulan sekali kalian sudah berkemas, mari kita pulang bersama” Hyuk berjalan mendekati 2 gadis yang sedang adik mematung melihat kedatangannya di apartement persembunyian Moonbyul.

“Bagaimana kau bisa…” belum selesai Kyungri bertanya pada Hyuk, pria bertubuh tegap itu menyelanya.

“Apa ini cukup menjawab pertanyaanmu nona besar? Lagipula, tanpa kau beritahu aku dimana tempatnya, sinyal ponselmu itulah yang akan memberitahumu” Hyuk memamerkan ponsel miliknya kehadapan Kyungri, benar saja jika Hyuk dapat menemukan mereka dengan mudah. Ponsel Hyuk dapat melacak sinyal ponsel yang sejenis dengannya yaitu ponsel milik Kyungri.

“Kau benar-benar berbakat menjadi anjing pelacak” sindir Kyungri. Dia tidak percaya ternyata pria dihadapannya lebih mengerikan dari apa yang dipikirkannya. Setahu Kyungri, Hyuk adalah orang yang begitu ramah pada semua orang dikantor ayahnya. Bahkan suatu hari ia pernah melihat Hyuk bercanda dengan ayahnya saat jam makan siang berlangsung. Dan kini seorang pria berumur 32tahun itu tidak nampak seperti bayangan Kyungri beberapa waktu yang lalu. Pria itu nampak mengerikan dimata Kyungri saat ini.

Eonnie, aku takut” bisik Moonbyul. Kyungri mengangguk, meraih tangan Moonbyul dan menggenggamnya erat.

“Jangan sekali-kali kau menyentuh sedikitpun kulit adikku, atau kau akan menyesal Han Sang Hyuk” peringat Kyungri menatap bola mata Hyuk tajam. Pria itu hanya tersenyum sinis saat mendapati tatapan kurang menyenangkan dari Kyungri.

“Apa kau mencoba mengancamku nona?? Apa kau tidak takut Presdir tahu  jika sebenarnya orang yang menghalangi rencana besarnya adalah kau, putri sulungnya yang cantik ini?” Hyuk mengangkat dagu Kyungri, menatapkan tak kalah tajam. Kyungri hanya diam mendengar ucapan Hyuk barusan. Pria itu lalu mengalihkan pandangannya pada Moonbyul yang sedari tadi diam dan memilih untuk bersembunyi di balik punggung kakaknya.

“Kita pergi nona” Hyuk berkata dengan lembut pada Moonbyul, perlahan menarik lengan Moonbyul untuk ikut bersamanya.

“Sudahku bilang jangan sentuh adikku brengsek!!” umpat Kyungri, dilepasnya tautan tangan Hyuk atas lengan Moonbyul. Lantas setelah itu Kyungri menarik Moonbyul untuk segera pergi dari hadapan Hyuk.

“Tuan Han lepaskan, kau menyakitiku” rintih Moonbyul sambil melontarkan pemberontakkan saat lengan kekar Hyuk mencengkram kuat lengan Moonbyul sehingga menghentikan langkah kedua kakak beradik itu untuk pergi.

“Aku tidak akan berlaku kasar padamu nona, jika kau mau mendengarkan perkataanku” ucap Hyuk. Tidak terima melihat Moonbyul disakiti, Kyungri menendang tulang kering Hyuk menggunakan sepatu highheelsnya kuat -kuat, membuat pria bertubuh tegap itu meringis kesakitan.

“Cepat pergi, aku akan mengurus orang ini” titah Kyungri menepuk pundak Moonbyul lalu tersenyum manis.

“Tapi,bagaimana denganmu?”

“Kali ini aku tidak bersikap baik padamu nona besar” Hyuk bangkit saat rasa sakit pada tulang keringnya mulai memudar.

“Cepat pergi!!” Kyungri mendorong tubuh Moonbyul agar segera pergi dan berlari menjauh dari tempat ini. Moonbyul menatap sendu pada Kyungri, ia tahu bukan hal yang mudah bagi sang kakak dalam menghadapi Hyuk kali ini. Pria itu terlalu mengerikan untuk gadis lembut seperti Kyungri.

“Apa yang kau lakukan, cepat pergi!!” Moonbyul mengangguk ragu lalu berlari sekuat dia bisa sebelum Hyuk mengalahkan Kyungri lalu mengejarnya.

“Berhenti bermain-main denganku nona” belum sempat Kyungri melakukan perlawanan pada Hyuk, Kyungri telah mendapatkan sebuah pukulan pada tengkuk leher sehingga membuatnya pingsan seketika. Kemudian Hyuk memasukkan Kyungri kedalam mobil dan mengikatnya sebagai antisipasi saat ia tersadar nanti. Pengejaran gadis manis itu pun dimulai, Hyuk mengeratkan sabuk pengamannya lalu melajukan mobilnya menuju suatu tempat di Gwangju, dia tahu jika gadis itu tidak akan pernah bisa lari terlalu jauh mengingat dia hanya berlarian di kota yang tidak terlalu besar.

Merasa jika taman kota adalah tempat yang tepat untuk melakukan pencarian pada Moonbyul,Hyuk lantas memarkirkan mobil miliknya tepat di pelataran taman. Melihat Kyungri masih dalam keadaaan pingsan, Hyuk sedikit membuka jendela mobil agar Kyungri tidak kehabisan pasokan oksigen saat ia pergi nanti.

*****

Moonbyul berlari dan terus saja berlari tanpa menoleh sedikitpun kebelakang. Dia terlalu takut jika saja Hyuk mampu mengejarnya. Linangan airmata mulai membasahi kedua pipi mulusnya, pikirannya melayang pada sang kakak yang bisa saja diperlakukan kasar oleh Hyuk.

Sekelebat,Moonbyul melihat bayangan seorang pria bertubuh tegap yang diketahuinya adalah Hyuk sedang menanyakan keberadaannya pada orang – orang di sekitarnya.

“Apa anda melihat gadis ini tuan??” tanya Hyuk, Dia mencoba bertanya pada setiap orang yang berjalan melintasinya, sayang mereka tidak ada satupun melihatnya. Entah malas menanggapi ataukah memang benar-benar tidak melihat. Moonbyul membungkam mulutnya dan segera bersembunyi dibalik post polisi.

Eonnie, apa yang terjadi padamu? Kenapa orang itu ada di sana?” Moonbyul mengigit bibir bawahnya, berusaha menahan tangisannya kembali mengalir. Diedarkannya jangkau bola matanya keseluruh penjuru, mencari tempat yang pas baginya untuk bersembunyi setelah ini. tidak mungkin baginya untuk tetap berada di balik tembok post polisi lalu lintas bukan. Hyuk pasti akan menuju kemari setelah ini. Pusat seluruh informasi di kota ini adalah polisi, dan orang yang bisa membantunya untuk menemukan seseorang yang hilang atau sengaja melarikan diri adalah polisi.

Sebuah slogan  Only Female Not Male yang terpampang di pintu kaca salon kecantikan tak jauh dari tempat Moonbyul berada memberinya sebuah ide, kenapa tidak bersembunyi ditempat itu, bukankah itu daerah khusus wanita. Moonbyul tersenyum, bergegas melangkahkan kakinya menuju salon tersebut dengan hati-hati agar tidak tertangkap mata oleh Hyuk. Dilain tempat, Kyungri baru saja membuka matanya dari pingsannya, merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, kaki dan tangannya terasa sesak dan mulutnya juga terkunci oleh sebuah benda plastik dan lengket. Kyungri melirik kerah jok depan mobil yang sepertinya sangat asing baginya. Tidak ada siapapun yang duduk di jok pengemudi.

“Sial, kemana pria brengsek itu” umpat Kyungri dalam hati. Dia merasa sulit menggerakkan tangan dan kaki lantaran belenggu tali yang sengaja diikatkan kuat.

“Seseorang bantu aku, ku mohon”

*****

“Selamat datang .. ada yang bisa saya bantu?” Sapa pemilik salon pada Moonbyul yang baru saja melangkahkan kaki masuk. Moonbyul tak menjawab, dia hanya tersenyum pada sang pemilik. Pemilik salon itu lantas mendekati Moonbyul, memperhatikan tatanan rambut Moonbyul yang cukup berantakan.

“Apa kau mau aku merapikan rambutmu nona?” tawar pemilik salon.

“Apa kau bisa mengubahku menjadi orang lain tuan??” tanya Moonbyul ragu. Entah setan apa yang merasukinya saat ini, bukankah niatnya masuk ke dalam salon hanya untuk bersembunyi dari Hyuk.

“Orang lain?? Hmm,, tapi nona sepertinya akan..”

“Lakukan apapun yang kau inginkan, asal kau mampu mengubahku menjadi orang lain hingga aku sendiri tidak akan mengenalinya” ucap Moonbyul, berjalan menuju deretan kursi biasa tempat orang melakukan perawatan rambut. Si pemilik terdiam sejenak untuk memikirkan apa yang seharusnya di lakukannya pada pelanggannya ini.

“Apa kau yakin Nona, membiarkanku melakukan sesuatu pada rambutmu atas keinginanku?” tanyanya memastikan. Moonbyul tak berkata apapun, hanya anggukkan sebagai balasannya.


Hyuk masih terus mencari Moonbyul meskipun kini sang rembulan telah menampakkan batang hidungnya, dan rasa putus asa mulai hinggap dalam hatinya, berusaha menggerogoti setiap rasa percaya dirinya untuk dapat membawa Moonbyul pulang.Namun hingga detik ini dia belum juga menemukan gadis manis itu di manapun. Kaki jenjangnya kini telah mencicipi rasa kelelahan yang amat sangat, dia menghela nafas panjang saat mendapati sebuah kenyataan, dia kehilangan Moonbyul di kota yang menurutnya kecil ini.

“Bruukkkk!!!”tubuh tegapnya tanpa sengaja menabrak seorang pria bertubuh kurus dihadapannya, pria itu jatuh terduduk.

“Apa kau tidak apa-apa?? Maafkan aku, aku tidak melihatmu tadi” ucap Hyuk meminta maaf, mengulurkan tangan membantu pria kurus itu untuk berdiri. Tapi pria itu terlihat terkejut saat saling pandang dengan Hyuk, terlihat raut ketakutan di bola matanya.

“Kenapa kau melihatku dengan tatapan takut?? Apa aku menakutkanmu?” tanya Hyuk. Pria itu berdiri dengan sendirinya tanpa menerima uluran tangan Hyuk. Pria yang tampan, dan wajahnya terlihat menawan, itulah yang di pikirkan Hyuk saat menatap wajah pria yang dilihatnya saat ini. Segera ia membuang pikiran gilanya tersebut, dia seorang pria, lalu bagaimana bisa memuji sesama pria dengan menganggap pria itu tampan dan menawan, menggelengkan kepala sebagai pembuyar pikiran anehnya.

“Ehhemm, maaf aku harus pergi” ucap si pria itu berlalu meninggalkan Hyuk  berkutat  dengan  pikirannya sendiri. Hyuk menatap punggung pria itu hingga benar-benar menghilang masuk kedalam bus.

“Kau begitu menyedihkan Park Moonbyul, hanya demi melarikan diri dari acara perjodohan, kau harus melakukan hal konyol macam ini” pikir Moonbyul. Dia terkekeh melihat pantulan bayangan di kaca jendela bus yang kini dinaikinya. Rasaya dia ingin tertawa saat melihat ekspresi seorang Hyuk saat bertabrakkan tadi. Dia seolah terpesona dengan wajah baru Moonbyul, Dia bahkan tidak mengenali wanita yang dicarinya sedari tadi. Ternyata penyamaran ini sukses besar. Moonbyul telah berhutang budi pada pemilik salon yang tidak ketahui siapa namanya itu, karena mereka belum sempat berkenalan.

—000—

“Apa ini terlihat bagus?” tanya pemilik salon pada Moonbyul ketika pekerjaan selesai. Moonbyul yang sedari tadi menyibukkan diri untuk membaca majalah pun cukup terkejut dengan hasil yang perlihatkan pemilik salon. Mulut Moonbyul sempat mengaga mendapati rambut panjang gelombangnya berubah menjadi seperti apa yang terpantul pada cermin. Senyum sumringah pemilik salon semula menghiasi wajah tampannya seketika redup saat melihat reaksi mulut Moonbyul sedikit menganga.

“Amazing” celetuk Moonbyul senang. Gaya rambut ini, sangat mengecoh wajah aslinya. Membuat sang pemilik wajah hampir saja tidak mengenali perubahannya.

“Sekarang didunia ini tidak akan ada gadis bernama Park Moonbyul lagi, semuanya telah selesai!!!”

—000—

Bus yang membawa Moonbyul akhirnya berhenti di sebuah halte yang sudah sangat sepi tanpa calon penumpang seorang pun. Moonbyul berjalan lemah sambil berfikir harus kemana ia mencari tempat tinggal. Moonbyul terus berjalan sambil menundukkan kepala, sampai – sampai ia tidak menyadari jika ada sebuah mobil tengah melaju kearahnya. Jalanan yang gelap membuat si pengemudi tidak begitu jelas melihat apa yang ada didepannya.

“Bruuukkk!!!” tubuh moonbyul terhantam mobil tersebut. Beruntung mobil yang menabraknya tidak melaju dalam kecepatan penuh. Sehingga tubuh Moonbyul hanya terjatuh dan tidak mengalami luka berat.

“A..apa kau tidak apa-apa??” tanya pengemudi mobil keluar dari mobilnya dengan panik. Pengemudi itu lantas memeriksa keadaan kaki Moonbyul yang mulai mengeluarkan darah.

“Kita kerumah sakit sekarang ya?” kata pengemudi itu, Moonbyul mengangguk.

Hyung apa dia baik-baik saja” seorang pria tampan tiba-tiba muncul dari dalam mobil, bukannya membantu pria itu hanya bersandar di mobil sambil bertanya tanpa dosa.

“Kenapa kau hanya diam saja disana Ken. Bawakan tasnya!” perintah si pengemudi yang ternyata adalah Leo. Ken mendengus kesal saat Leo menyuruhnya melakukan hal yang merepotkan.

“Bukankah dia yang menabrak, lalu kenapa aku yang harus repot membawa tas pria itu” pikir Ken.

“Oh iya, apa aku boleh tahu namamu? tanya Leo.
“Na..namaku Kim Minbyul”

*****

Semenjak Moonbyul menyebutkan nama samarannya yaitu Kim Minbyul, itu merupakan titik balik dimana dia tidak akan pernah memakai nama Moonbyul dalam hidupnya yang baru ini. Berperan sebgai seorang laki-laki berumur 21 tahun tanpa status jelas darimana dia berasal dan apa tujuannya di kota ini semua dimulainya dalam titik nol. Dengan begini dia berharap tidak akan ada lagi orang –orang yang akan mengejarnya, karena mulai detik ini yang ada hanyalah Kim Minbyul bukan Park Moonbyul.

Semenjak kecelakaan malam itu, mau tidak mau Moonbyul harus menuruti semua perkataan Leo, yaitu orang yang tidak sengaja menabraknya untuk sementara tinggal di apartementnya selama kakinya masih belum sembuh total dan juga sampai dia bisa menemukan tempat tinggal barunya.

“Baiklah Minbyul-ssi kau boleh gunakan kamar ini untuk beristirahat” Leo membuka daun pintu kamar lebar-lebar. Memamerkan pada laki-laki bermata besar itu sebuah kamar yang cukup luas, pemandangan ini cukup mengingatkan Moonbyul pada kamar pribadinya.

“Baiklah, maaf merepotkan Leo-ssi” sahut Moonbyul memberi hormat. Tak lama datanglah Ken membawakan tas bawaan Moonbyul, karena tidak mungkin baginya mengangkat sendiri ketika kakinya saja di topang oleh satu tongkat di sebelah kanannya.

“Jangan sembarangan memberikan kamar adik sendiri pada orang asing hyung” kata Ken seraya sedikit melempar kasar tas milik Moonbyul. Dia benci jika harus membawakan barang milik orang asing. Dia benci jika kamarnya harus bersentuhan dengan kulit orang asing dan dia benci gara-gara orang asing dihadapannya ini, ia harus membatalkan janjinya dengan Kyungsoo dan membuat mereka bertengkar.

“Ini hanya sementara, kamar tamu belum sempat ku bersihkan, penuh debu disana, apa kau tega membiarkannya tidur disana?” tutur Leo mencoba memberi pengertian pada sang adik.

“Lalu bagaimana denganku?” tanya Ken.

“Sebaiknya kau tidur di sofa malam ini, bagaimana??” tawar Leo. Ken menatap kakaknya heran, tega sekali menyuruh adik kandungnya untuk tidur di sofa sedangkan  orang asing yang baru dikenalnya dipersilakan tidur di kamar adiknya.

“Dia yang menumpang lalu kenapa aku yang di usir?”

“Baiklah.. sepertinya kau saja yang tidur di sofa, aku tidak ingin kalian bertengkar hanya karenaku”

“Dengarkan, dia saja mau tidur di sofa hyung” sahut Ken sinis. Melihat sikap tidak sopan Ken langsung saja Leo mendaratkan sebuah jitakkan tepat di kelapa Ken cukup keras.

“Kenapa kau menjitakku hyung?” tanya Ken meringis kesakitan.

“Minbyul-ssi, kakimu sedang sakit tidak baik jika harus tidur di sofa, kakimu bisa tertekuk, sudahlah jangan dengarkan bocah ini, dia memang menyebalkan” cegah Leo, meraih lengan Moonbyul lembut lalu mengarahkannya agar kembali memasuki kamar Ken. Awalnya moonbyul menolak lantaran dia baru saja mendapatkan  tatapan mematikan dari bola mata Ken yang cukup tajam itu. Namun penolakkan itu akhirnya luluh seketika saat Leo mengiba padanya.

“Yakkk!! ini kamarku hyung.. kenapa kau..”

“Ini hanya sementara, kenapa kau bertingkah kekanak-kanakkan seperti ini. Lagipula kau seharusnya bersikap sopan pada tamu” nasihat Leo dengan penekanan, suara Leo terdengar mengerikan bagi Ken. Suar aLeo seperti itu menandakan jika dia harus segera diam dan menuruti apa yang dikatakan Leo sebelum Leo melemparnya dari atas gedung apartement.

“Ma.. maafkan aku, kalian bertengkar semua ini karena diriku. sekali lagi aku minta maaf” ucap Moonbyul menundukkan kepala, dia terlalu takut untuk menatap raut wajah tidak menyenangkan Ken padanya.

“Sudahlah jangan dengarkan bocah itu, istirahatlah. Maafkan aku membuatmu tidak nyaman” Leo mengantar Moonbyul sampai di pinggir tempat tidur Ken dan membantunya duduk di tepi ranjang.

Gomawo Leo-ssi” Leo hanya tersenyum kemudian meninggalkan Moonbyul sendiri.

“Tuan Ken, waktunya tidur.. Besok kau ada kuliah kan??” tidak lupa dia menjauhkan Ken dari kamarnya sendiri sebelum emosinya kembali meledak.

Hyung, biarkan aku tidur di kamarmu, sekali saja” pinta Ken mengiba. Leo menggeleng, dia tahu pasti Ken akan merayunya dengan wajah iba itu. Sayang rayuan Ken kali ini tidak mempan bagi Leo, dia terlalu kapok tidur dengan adiknya itu.

“Oh ayolah hyung, kau sudah memberikan kamarku untuknya jadi kau harus bertanggung jawab. Biarkan aku tidur bersamamu”

“Tidur di sofa atau tidak sama sekali., anggap saja ini sebagai hukumanmu karena telah membuat malu appa tadi pagi. Jadi nikmatilah sofa itu, aku tidak akan sudi berbagi tempat tidur denganmu sekalipun kau adik kandungku” balas Leo sambil menutup pintu kamarnya. Ken berdecak kesal mendapati nasib sialnya malam ini. Kencan romantisnya dengan Kyungsoo gagal hanya karena mengantarkan laki-laki yang baru dikenalnya kerumah sakit. Lalu dia diusir dari kamarnya sendiri kemudian yang paling sial adalah dia harus tidur di sofa.

Tidur di sofa adalah ide terburuk yang pernah Ken dengar. Dan benar saja sepanjang malam Ken sulit memejamkan matanya karena tidak bisa tidur di sofa. Setiap ruas tulang punggungnya seolah meronta-ronta ingin menikmati sensasi empuk dari tempat tidur kesayangannya. Ken membolak-balik posisi tidur kekanan dan kekiri hanya untuk mencari kenyaman agar dapat segera membawanya kedalam alam impian. Tapi nyatanya hingga larut malam  pun Ken belum juga tertidur lelap. Dia mengacak surai hitamnya kasar dan kini mata elangnya mulai memperlihatkan kulit mengerut membentuk kantung berwana kehitaman. Ini tidak bisa dibiarkan, besok Ken harus kuliah dan harus melakukan sebuah presentasi, tidak mungkin baginya tampil mempresentasikan tugasnya dalam keadaan semengerikan ini. Dia pun beranjak dari sofa berniat untuk pindah kekamar Leo. Berharap jika sang kakak bisa memberinya sedikit ruang kosong pada bagian tempat tidur berukur besar itu meski tadi telah dilarang.

Ken membuka pintu kamar Leo perlahan, berjalan jinjit agar langkah kakinya tidak menimbulkan suara sedikitpun.  Ken merebahkan tubuhnya di samping Leo perlahan, akan sangat berbahaya jika Leo terkejut dalam tidur lelapnya. Menit pertama Ken bisa bernafas lega karena wajah dingin Leo saat tidur masih dalam keadaan tenang. Beberapa menit kemudian Ken semakin yakin keadaan telah aman terkendali, Barulah Ken berani memejamkan mata dengan tenang di samping Leo yang membelakanginya. 30 menit kemudian saat Ken benar-benar telah terlelap,apa yang di takutkan oleh Leo pun terjadi juga.

“Plakkk!!” Laki – laki berhidung mancung itu tidak sengaja melakukan adegan action saat tengah tertidur pulas. Menyadari kebiasan buruk Ken terjadi lagi padanya membuat Leo terbangun dengan wajah kesal. Siapa di dunia ini yang tidak merasa kesal ketika harus terbangun dari tidurnya karena mendapat sebuah tamparan maut dari seseorang yang tengah tertidur pulas. Leo menghela nafas dalam, ini sudah ketujuh kalinya ia harus merasakan tamparan dari Ken. Ingin rasanya ia menampar balik adik kesayangannya itu tapi apa daya dia tidak setega itu untuk membalasnya. terlebih wajah Ken saat tertidur pulas begitu menggemaskan. Tak jauh beda dengan ekspresi wajahnya waktu kecil. Sempat berfikir untuk membiarkan Ken tetap tidur di sampingnya hingga pagi menjelang, tapi semua itu hanyalah pemikiran dari Leo saja. Nyatanya Leo telah mengambil kuda-kuda untuk menendang Ken dari tempat tidurnya. dan pada akhirnya..

“Bruuaakkk!!!” adegan action Ken ditendang jatuh oleh Leo pun terjadi cukup indah di malam pergantian hari tersebut. Ken yang terguling menatap wajah kesal Leo dengan tampang tanpa dosa.

“Bukankah sudah ku bilang untuk tidak masuk ke kamarku” ucap Leo sambil mengusap wajahnya bekas tamparan Ken.

Hyung, kumohon biarkan aku tidur disini, punggungku sakit jika tidur di sofa” kembali Ken mengiba, sebisa mungkin memasang wajah paling menyedihkan.

“TIDAK  AKAN!!SEKARANG KELUAR!!” seru Leo. Mendengar seruan lantang Leo, Ken pun akhirnya keluar dari kamar Leo dengan mengerucutkan bibirnya. Kini dia berdiri tepat di depan kamarnya. Tanpa banyak pikir lagi dia langsung masuk kedalam.

*****

Moonbyul membalik posisi tidurnya, namun jari jemari lentiknya menyentuh sebuah benda layaknya tangan namun dengan ukuran lebih besar dari miliknya. Dengan mata masih tertutup Moonbyul mulai meraba-raba sesosok disamping kirinya. Pada awalnya ia merasakan sebuah tangan, kemudian bergerak keatas dia merasakan bahu lebar disana dan yang terakhir adalah ukiran wajah. Wajah?? segera Moonbyul membuka lebar-lebar matanya dan tadaaa dia menemukan Ken tengah berada di sampingnya. Memandang dengan seduktif dan sulit diartikan. pada akhirnya mata mereka saling bertemu.

“A.. Apa yang kau lakukan disini?” tanya Moonbyul gugup.

“Ini kamarku dan aku berhak tidur disini bukan? Jadi diamlah dan kembalilah tidur” jawab Ken datar. Ken membenarkan sikap tidurnya lalu menutup matanya tanpa peduli bagaimana respon laki-laki yang ada di sampingnya kini.

Moonbyul membelalakkan matanya semakin lebar. Pasalnya ini adalah pertama kalinya dia tidur seranjang dengan seorang laki-laki. Terutama dengan laki laki yang baru dia kenal. Semoga saja Ken tidak mendengar bagaimana hebatnya detakkan jantung Moonbyul saat ini. Detak jantung yang cukup membuat Moonbyul mengeluarkan keringat dingin di sekujur tubuhnya. Meski kini dia berstatus sebagai laki-laki tapi tetap saja ketakutan seorang wanita pada laki-laki yang tidur di sampingnya tidak akan hilang. Moonbyul mengigit bibir bawahnya. sepertinya malam ini dia tidak akan bisa tidur lelap.

“Apa kau berfikir aku akan berbuat sesuatu padamu Twinkle?? Tapi maaf aku tidak tertarik padamu” Ken berkata dalam keadaan mata tertutup.

“Namaku Minbyul bukan Twinkle” protes Moonbyul.

“Terserah…”

Sulit bagi Moonbyul untuk memejamkan mata mengingat ada orang asing di sampingnya sedang tertidur pulas. Diliriknya sejenak laki-laki tersebut, posisinya telentang dengan desahan nafas teratur. Mukanya sangat polos kala itu, jadi Moonbyul percaya dia tidak akan melakukan sesuatu yang berlebih pada Moonbyul. Tapi, kenyataan berkata lain. Dugaan Moonbyul meleset, tiba-tiba Ken membalikkan badannya ke arah Moonbyul diiringi dengan tangannya yang terlepar secara otomotis dan mendarat sempurna di dada Moonbyul. Sontak Moonbyul menjerit tertahan, dia tidak ingin Leo mendengar teriakannya.

“Apa yang kau lakukan?” lirih Moonbyul sambil menghempaskan tangan Ken jauh. Si pemilik tangan tak merespon, dia tetap tertidur dengan lelap.

“Laki-laki ini, ishh” Moonbyul membuat benteng pertahanan di depan dadanya dengan membentuk tangan menyilang. Degup jantungnya menjadi tak normal akibat perlakuan Ken tadi. Andai kakinya tidak sakit, mungkin dia segera pergi memilih tempat tidur yang lebih aman. Tapi apa daya, dia tidak bisa bergerak lebih jauh. Terpaksa Moonbyul bertahan dalam keadaan ini, hanya saja dia menjauhkan diri dengan Ken, menyudutkan diri di sudut ranjang, mungkin pada posisi ini dia bisa aman dari pengarai Ken yang membahayakan.

“Semoga aku aman…” bisik Moonbyul khwatir.

 

Nareul nochigi sirheo

Nareul deo mangchigi sirheo

 

“Suara ini..?” Moonbyul yang tidak sengaja menangkap suara nyanyian itu berjalan pelan mencari sumber suara.

Sarang gateun geon gyeolguk

Han saramegen geojitmal

 

Moonbyul menyusuri setiap ruangan di apartement Leo dan akhirnya menemukan sumber suara indah itu berasal. Ya sepertinya suara itu berasal dari kamar mandi. Moonbyul mulai menerka-nerka siapa yang ada di dalamnya. Apa itu Leo atau Ken? Yang jelas Moonbyul ingin tahu siapa pemilik suara yang telah menghipnotisnya

Itneundaneun geon jeonbu

Namgyeojin naui geojitmal

Gaseume dasi beonjineun eolgul

Jeonboda apeun geot gata

 

Ah sial, apa pemilik suara itu tidak tahu, jika jantung Moonbyul berdetak tak kalah hebatnya dari semalam ketika Ken tidur bersamanya. Apa pemilik suara itu berani bertanggung jawab atas perbuatannya itu Moonbyul hampir menahan nafasnya cukup lama hanya karena suaranya.

1 Detik

2 Detik

3 Detik

Akhirnya keluarlah sosok laki-laki dari kamar mandi, bertelanjang dada dan hanya berbalutkan handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Sontak membuat Moonbyul langsung menutup kedua matanya. Ini terlalu vulgar bagi seorang gadis polos macam Moonbyul. Leo menatap Moonbyul aneh,baginya bukankah lumrah jika seorang pria keluar dari dari kamar mandi seperti apa yang dilakukannya saat ini, lagipula bukankah di hadapannya juga seorang laki-laki? apa dia tidak pertama melihat laki-laki lain bertelanjang dada?

Wae??” tanya Leo mengerutkan dahinya,

No.. Nothing…” Moonbyul lalu berbalik memunggungi Leo dan berusaha menetralisir detak jantung dan deru nafasnya yang cukup berantakkan hanya karena seorang Leo.

“Apa kau ingin mandi Minbyul-ssi??”

“Ah.. Ne

“Cepatlah mandi. Aku sudah membuatkan sarapan untukmu” Leo meninggalkan Moonbyul yang masih memunggunginya.

“Semalam adiknya berhasil membuat jantungku berdegup cukup kencang dan sekarang kakaknya semakin membuat jantung ini berdegup lebih liar dari semalam. Ku rasa aku harus secepatnya pergi dari tempat ini. Terlalu lama di sini, bisa-bisa aku terserang penyakit jantung,” gumam Moonbyul pelan.

~TBC~