The End Part 1

10523114_888596537822546_182240209_n

Author: Vivin

Judul: The End part 1

Cast:   –    Cha Hakyeon (N)

–    Han Sanghyuk (Hyuk)

–    Kim Hyun mi

hai readers ketemu lagi sama authorr, yippyy… *tebar bunga~~
Kali ini author bawa leader N sama Magnae Hyuk loh.. gomawo buat kalian yang sudah baca, jangan lupa ya tinggalin jejak, dicoment ya 🙂
dont be silent reader guys..
Happy reading~~ Cuusss >>>>

*20 april 2014

Hyun mi mengigil ketakutan seorang diri. Pintu kamar tertutup rapat, tapi seseorang menggedor gedor keras dari luar.

“Eottocke??” batin Hyun mi menjerit. Mata sipitnya takut-takut melirik tangannya yang bersimbah darah, bahkan mini dressnya yang berwarna putih kini sudah dipenuhi bercak merah.

“Yaaaaakkkkk” seseorang berteriak keras dari luar dan menggedor gedor pintu. Ganggang pintu terus berputar putar, seseorang memaksa masuk ke dalam.

“Andwae, andwaee” nafas Hyun mi memburu, pasokan oksigen dalam paru-parunya semakin berkurang, pelipisnya dipenuhi dengan keringat dingin, otaknya sudah tak dapat berpikir. Tubuhnya jatuh terkulai lemas, seluruh badannya seketika mengeras dan ia tidak dapat merasakan keberadaan disekitarnya.

********

*12 Januari 2014

Hakyeon masih berdiri tegak di hadapan wanita pujaanya, menatapnya sayu dengan pancaran mata penuh harap, sedangkan wanita yang amat sangat beruntung itu hanya menunduk bahkan sesekali menjauhkan pandangannya dari sudut pandang Hakyeon.

“Hyun mi-ya, aku……” suara halusnya terhenti karena Hyun mi bangkit dari duduknya.

“Hakyeon-a cukup, aku tidak bisa, harus berapa kali aku mengatakan padamu” Hyun mi mencoba menjawab dengan nada lembut, tak ingin ia menyakiti laki-laki ini.

“Apa yang masih kau ragukan?” kini Hakyeon tidak tinggal diam dalam posisinya, digenggamnya erat tangan kecil Hyun mi, membuat si pemilik menoleh ke arahnya, menatapnya tajam.

“Hakyeon-a, jangan begini” seru Hyun mi lirih, tapi Hakyeon tak berkutik, dia hanya diam dengan tatapan memohon. Jika para fans Hakyeon tahu, sekarang Hakyeon sedang mengemis cinta Hyun mi, maka tidak selamatlah Hyun mi. Beruntungnya wanita berambut hitam sebahu ini bisa membuat seorang Hakyeon mengejarnya. Seorang Hakyeon yang menjadi kejaran para suster dirumah sakit, seorang dokter muda yang sangat ramah, murah senyum. Seorang Hakyeon yang paling disegani di rumah sakit yang terkenal dengan analisis medisnya yang tepat serta bijaksana. Dibalik semua pesona seorang Hakyeon, tersimpan sebuah sisi gelap, sisi gelap yang membuatnya harus mengejar wanita bernama Hyun mi untuk menebus kesalahannya.

“Aku mohon” di eratkannya genggaman itu, resah dan tidak nyaman diperlakukan begitu, Hyun mi menggerak gerakkan tangannya, melonggarkan genggaman tangan Hakyeon, tapi hasilnya nihil, genggaman itu semakin erat. Tak ada jawaban dari Hyun mi, ia terdiam hanya matanya yang mencoba berbicara pada Hyun mi.

“Hyun mi.a~” sebuah teriakan dengan suara berat terdengar samar dari pintu cafe, Hyun mi sangat kenal dengan suara itu. Langsung saja ia menoleh pada sumber suara itu dan benar dugaannya, Hyuk datang dengan senyum khasnya. Melihat Hyuk melambaikan tangannya padanya, ingin ia membalas lambaian itu, sadar tangan kanannya masih digenggamn Hakyeon. Seketika tangannya menarik tangannya, sekali tarikan tak lepas, Hakyeon tidak melepaskannya sedikitpun.

“Lepaskan!” hardik Hyun mi, tapi Hakyeon tidak berkutik.

“Aku mohon” pinta Hyun mi sekali lagi, tapi Hakyeon tetap pada pendiriannya. Hyuk semakin mendekat, dan Hakyeon masih menggenggam tangannya erat. Tidak ingin Hyuk melihat genggaman tangan itu, akhirnya Hyun mi mengambil tindakan. Tangan kirinya memukul tangan Hakyeon, membuatnya memekik dan akhirnya melepaskan genggaman tangan itu.

“Hyun mi mian, aku telat menjemputmu” tepat saat genggaman tangan itu terlepas, Hyuk datang dengan senyumnya masih saja belum lepas sejak awal ia datang, manis, senyum yang membuat mengisi hari-hari Hyun mi.

“Gweanchana” sedikit salah tingkah, karena Hyun mi menyadari Hakyeon masih berdiri di sampingnya, menatap Hyuk seduktif.

“Hyung, kenapa kau disini?” tanya Hyuk polos.

“Ayo pergi sekarang!” Melengos begitu saja tanpa sepatah katapun pada Hakyeon, itu yang Hyun mi lakukan, tangannya segera menarik Hyuk pergi, menjauh dan menghilang dari hadapan Hakyeon.

Tatapan mata Hakyeon masih belum berubah sedikitpun, tatapan penuh harap, mengantarkan pujaannya pergi dari hadapannya, menghilang di balik pintu, darahnya berdesir cepat.

“Andai tangan yang kau genggam itu adalah tanganku” bisik Hakyeon seraya menghela nafasnya panjang.

******

Jemari keduanya saling bertemu dan mengisi sela jari masing-masing. Jalanan kota Seoul yang mulai gelap menjadi saksi bertemunya kedua tangan yang awalnya hanya hubungan sahabat sekarang menjadi pasangan kekasih itu. Bahagianya bisa berjalan berdua seperti ini, tak banyak pembicaraan yang mereka perbincangkan, hanya saling bertatap muka dan tersenyum. Menjalani masa pacaran itu sangat indah kan? Bahkan hanya melihatnya tersenyum sudah membuat bahagia kan?.

Bersandar di bahu di orang yang kita sayang itu sangat romantis kan? Hal itu yang sangat ingin Hyun mi lakukan saat ini, tangan lembut Hyuk merengkuh bahunya, mendekatkan posisi mereka. Tanpa segan kini Hyun mi menidurkan kepalanya tepat di bahu Hyuk.

“Hyun mi.a~, kenapa tadi ada hyung bersamamu?” tanya Hyuk dengan nada dingin.

“Bukan apa-apa, kita tidak sengaja bertemu” jawab Hyun mi sekenanya.

“Oh baiklah, apa dia masih mengejarmu?” pertanyaan kedua bernada dingin Hyuk meluncur pesat bagai jet yang menembus dinding hati wanita dalam rengkuhannya itu. Kini, Hyun mi dapat merasakan degup jantung Hyuk berdetak perlahan dan semakin cepat, detakan jantung itu di ikuti tangannya yang ikut mengeratkan genggamannya di bahu Hyun mi.

“Aniya, kita tidak sengaja bertemu” Hyun mi berbohong, Hyuk tahu itu. that’s right berbohong, garis bawahi kata bohong itu.

“Oh” itu saja yang Hyuk katakan, batinnya sedikit tergores. Kenapa yeojanya ini harus berbohong, padahal Hyuk sudah melihat sejak pintu café bagaimana Hakyeon menggenggam tangan yeojanya dengan tatapan memohon.

“Hyun mi.a~, kenapa kau menolak hyung berkali kali? Apa kurangnya dia bagimu? Dia tampan, pintar, kaya, dikejar-kejar banyak wanita dan seorang dokter muda berbakat” Shiit, pertanyaan apa ini, kenapa Hyuk bertanya seperti ini? Ada apa? Hyun mi tahu Hyuk menyindirnya. Hyun mi bangun dari posisinya, membenarkan rambutnya yang tidak rusak. Mendadak jantungnya berdegup keras.

“Sudahlah aku tidak ingin membahas ini di kencan kita” Hyun mi melengos. Dia tidak ingin Hyuk melihat raut wajah cemasnya.

“Hei jangan begitu” Hyuk mendekatkan wajahnya pada Hyun mi, mencoba menghiburnya. Hyun mi tersenyum manis saat Hyuk mencubit kedua pipinya dan menggelitik pinggangnya. Setidaknya suasana tegang mencair di antara keduanya, tapi dibalik senyumnya Hyuk tahu Hyun mi berbohong padanya. Terus berbohong untuk menutupi perasaannya.

*****

Hyun mi menghempaskan tasnya jauh di pojok kamarnya. Pertanyaan Hyuk tadi benar-benar menghentak ingatan masa lalunya. Masa lalunya yang masih ia simpan rapi. Hyun mi duduk di pinggir kasurnya, membuka lacinya dan mengambil sebuah kotak coklat. Perlahan dibukanya dan terdapat beberapa barang di dalamnya. Salah satunya adalah yang kini Hyun mi genggam, sebuah foto. Seorang namja disebelahnya tersenyum manis. Namja itu adalah Hakyeon. Walau sudah bertahun tahun berlalu sejak foto itu diambil, tapi Hyun mi masih ingat betul bagaimana rentetan kejadian hari itu. Barang kedua yang ia pegang adalah cincin bermata berlian. Masih hangat di dalam ingatannya waktu Hakyeon memberikannya. Tetes bening itu jatuh membasashi pipi Hyun mi.

“Hakyeon.a~ mianhae” lirihnya lalu memeluk foto mereka bedua.

Ketika semua wanita terkagum kagum padamu…

Ketika semua wanita sibuk membicarakanmu…

Hanya aku yang terdiam menatapmu dari kejauhan..

Menatap senyum terindahmu itu dan berdoa..

Tuhan, berikan kesehatan padanya agar aku bisa melihat dia terus tersenyum..

Aku tidak bisa mendekatinya dengan leluasa..

Aku tidak bisa tertawa di sampingnya dan bersamanya..

Jadi aku mohon Tuhan kabulkan doaku..

Agar aku terus bisa melihat senyum itu..

Senyum yang kurindukan..

Senyum yang menjadi semangatku..

Menjadi penyemangat hari-hariku..

 

Sudah malam ketika Hyun mi mendatangi Hakyeon di apartementnya. Semburat gelisah tersirat diwajahnya. Ia berdiri mematung di tempat parkir, menunggu Hakyeon pulang ke apartementnya. Sebuah mobil sedan berwarna putih masuk ke area parkir dan Hyun mi sangat yakin itu adalah mobil namja yang ditunggunya.

“Hyun mi” seru Hakyeon melihat yeoja yang dikejarnya itu berdiri tidak jauh dari tempat ia memarkir mobilnya. Dilihat dari ekspresi wajahnya sepertinya ada hal yang ingin ia bicarakan.

“Wae? Kenapa kau ada disini?” tanya Hakyeon cemas. Hyun mi hanya diam mematung dan tidak menjawab pertanyaan dari Hakyeon.

“Wae?” tanya Hakyeon sekali lagi tapi Hyun mi masih diam.

“Hyun mi?” panggil Hakyeon, baru setelah namanya dipanggil dia mengangkat wajahnya yang tertunduk. Memang kedua bola matanya menatap Hakyeon tapi tatapan itu hanya tatapan kosong dan tidak berarti. Wajah yang biasanya acuh dan jutek kini memelas. Hyun mi melangkah maju dan mendekat pada Hakyeon lalu yeoja ini menjijitkan kakinya, menutup matanya dan mencium bibir Hakyeon. Sontak Hakyeon kaget dengan sikap Hyun mi tapi dia tidak menolak ciuman itu tapi juga tidak membalasnya, dia hanya diam menunggu Hyun mi menyelesaikan ciuman itu.

“Aku merindukanmu” bisik Hyun mi setelah melepas kontak bibir mereka. Binar mata Hyun mi sekarang sudah berubah, tatapan matanya yang kosong kini berubah menjadi penuh harap pada Hakyeon.

Hyuk hanya terdiam dari balik kaca mobilnya melihat Hyun mi dan Hakyeon. Perlahan tapi pasti ada yang sakit dari ulu hatinya. Inilah hasil dari membuntuti Hyun mi, rasa sakit melihat Hyun mi mencium mantannya.

****

*15 juni 2007

Genggaman tangan Hyun mi semakin erat, mencengkram kuat lengan Hyuk. Matanya sembab, berkantung dan menghitam. Rambutnya acak-acakan, wajahnya yang cantik tak sempat ia bersihkan, bajunya juga lusuh sepertinya tidak ia ganti dari beberapa hari. Tatapan matanya kosong, terkadang tangan serta badannya menggigil lalu menyebut sebuah nama “Hakyeon~~”. Detik selanjutnya dia akan menangis sejadi-jadinya sampai dia tertidur pulas. Hyun mi stress, dia menderita SAD (Separation Anxiety Disorder). SAD merupakan kecemasan yang berlebih karena ikatan emosional yang kuat, termasuk kedalam gangguan psikologi yang menyebabkan seseorang menjadi gila akibat kesedihan yang mendalam. Hyuk hanya bisa memeluknya kuat, memeluknya sebagai seorang sahabat dan mengelus rambutnya yang kusut.

“Bagaimana kalau dia tidak kembali? Eottocke? Hakyeon” bisik Hyun mi dalam pelukan Hyuk.

3 bulan yang lalu

Hyun mi melambaikan tangannya dari seberang jalan. Senyumnya tersungging lebar. Hyuk membalas lambaian tangan itu dengan senyum yang lebar pula. Hyun mi melangkah dengan riang, pasti dia membawa kabar bahagia.

“Hyukkiii, lihat ini!” Hyun mi memamerkan cincin bermata berlian. Terpasang cantik di jari manisnya.

“Aigo, cantik sekali. Darimana kau mendapatkannya?” tanya Hyuk penasaran.

“Hari ini Hakyeon melamarku” jawab Hyun mi santai. Wajah cantiknya langsung memerah setelah mengakui asal cincin itu.

Melamar? Hyuk shock mendengar kata-kata itu. Hakyeon melamar Hyun mi begitu cepat. Padahal mereka baru bertemu sekitar 4 bulan yang lalu dan Hyuk yang mengenalkan Hyun mi pada Hakyeon. Apakah Hakyeon tidak mengingat kata-kata Hyuk sebelum ia mengenalkan Hyun mi. “Hyung, aku sangat menyukainya. Dia sangat cantik, kau harus bertemu dengannya, jadi kau bisa member tahuku dia wanita yang baik untukku atau tidak, aracci?” Hyuk tersenyum manja pada laki-laki yang sudah menjadi sahabat bahkan sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri.

“Hyukiii, kenapa kau diam?” Hyun mi mengguncang guncang badan jangkung Hyuk.

“Oh mianhae, chukkae” ucapan selamat lolos keluar begitu saja dari mulut Hyuk, walau hatinya sedih dan kecewa dengan keadaanya. Tapi, tangannya masih sempat mengelus lembut ubun Hyun mi.

*****

Hyun mi menggandeng tangan Hakyeon erat. Hari ini Hyuk menemani keduanya fiting baju pengantin. Jangan ditanya bagaimana sulitnya Hyuk menyembunyikan rasa kecewa dan sedih yang ia rasakan karena sudah dihianati oleh sahabatnya. Sebisanya ia menampakkan wajah bahagia karena kedua sahabatnya akan menikah sebentar lagi. Seharian ini kedua calon pengantin tidak hentinya menebar senyum. Sudah pasti mereka sangat bahagia saat ini. Hanya saja Hyuk masih belum percaya Hakyeon segitu teganya sudah merebut orang yang ia sukai dan sekarang jadi calon pengantinnya. Sekarangpun ia tidak merasa bersalah karena sudah merebutnya, minta maafpun karena akan memperistrikannya tidak ia ucapkan. Seakan akan dia mendapatkan Hyun mi pure hasil kerja kerasnya bukan dari merebut gadis sahabatnya.

“Hyun mi.a~~ apa kau sangat menyukai Hakyeon?” tanya Hyuk ketika mereka berdua berjalan bersama. Malam ini adalah H-24 hari pernikahan Hyun mi dan Hakyeon.

“Tentu saja, aku sangat menyukainya” langkah Hyun mi terhenti ketika mengucapkan kata-kata itu. Seketika wajahnya tertunduk, ia menangis disana.

“Wae?” tanya Hyuk lembut seraya mengelus lembut pundak sahabatnya.

“Aku takut Hakyeon akan meninggalkanku” jawabnya di sela tangisnya. Mendadak Hyun mi seperti ini, menangis menjelang hari bahagianya. Mungkin ini yang dinamakan syndrom calon pengantin.

“Hei, kalian akan menikah. Dia akan menjadi milikmu seutuhnya, dia tidak akan meninggalkanmu, Hakyeon tipe orang yang setia” hibur Hyuk.

“Aku sangat menyukai Hakyeon, sangat menyukainya” tangis Hyun mi semakin pecah sampai ia duduk jongkok, menelungkupkan mukanya di sela kungkungan tangannya.

“Sudah jangan menangis lagi” Hyuk ikut duduk jongkok di hadapan Hyun mi, kemudian memeluknya.

“Karena aku sangat menyukainya, aku sampai memberikan harta berhargaku” bisik Hyun mi sesaat ketika Hyuk memeluknya.

“HAH?” Hyuk tersentak, membuka pelukannya dan menatap Hyun mi intensif. Yeoja ini mengangkat wajahnya yang digenangi air mata.

“Ne, sekarang aku hamil anak Hakyeon” suara Hyun mi terbata-bata saat mengatakan pengakuan tersebut. Matanya kembali berlinang air mata kemudian dia menghabur dalam pelukan Hyuk, menangis sejadi jadinya.

“Hyun mi.a kau~~” Hyuk masih shock mendengar pengakuan sahabatnya. Dia tidak menyangka Hyun mi menceritakan sebuah rahasia besar. Pantas saja semua persiapan pernikahan dikebut sangat cepat. Ternyata mereka? Mata Hyuk membulat, darahnya mendesir keras dari ujung kepalanya hingga ujung kakinya.

****

Hyun mi terkapar di rumah sakit dan sekarang masih di dalam ruang UGD. Hyuk hanya bisa duduk lemas di ruang tunggu menunggu keputusan dokter. Tangannya masih dipenuhi darah yang mengucur deras dari selangkangan Hyun mi. Ya Hyun mi jatuh dari tangga, dan dia pendarahan. Hakyeon belum tahu kejadian ini, keluarga Hyun mipun tidak ada yang mengetahui hal ini, karena waktu kejadian Hyun mi memang bersama Hyuk. Mengenai kehamilan Hyun mi satupun keluarganya tidak ada yang mengetahui. Karena kehamilan inilah Hakyeon menikahi Hyun mi, bukan karena rasa cinta, hanya sebuah tanggung jawab dari seorang pria yang sudah menghamilinya. Sedangkan keluarga Hyun mi menganggap pernikahan ini terjadi karena keduanya saling cinta dan sepakat untuk menikah.

“Ada pendarahan hebat dari dalam rahimnya, dia harus kehilangan anaknya” ujar dokter. Hyuk yang mendengarnya hanya bisa pasrah dan tertunduk lesu.

“Hyuukkii, anakku anakku” tangis Hyun mi tak dapat terbendung lagi, hatinya sakit mengetahui dia harus kehilangan anaknya. Hyuk tidak bisa berbuat apa-apa kecuali memeluk Hyun mi erat, menenangkannya, dan ikut merasakan sakit.

*****

Hyun mi berteriak keras dari luar kamarnya, Hyuk yang mengunjunginya segera menerobos kamarnya dan mendepati Hyun mi ada di pojok kamar, meringkuk seorang diri. Hyuk tahu dia pasti sangat shock sampai jiwanya terguncang seperti sekarang. Kehilangan anak serta kehilangan orang yang dicintai bukan hal yang mudah. Ini adalah sebuah teguran hidup sekaligus cobaan yang harus Hyun mi alami. Setelah Hakyeon mengetahui Hyun mi keguguran, dia pergi ke Jerman dan membatalkan semua persiapan pernikahannya.

“Hakyeon, Hakyeon odiya? Jangan sampai dia disini..AAAAA” Hyun mi mengeracau tidak jelas, tangannya menjambak rambutnya sendiri.

“Hyun mi ada aku disini, tenanglah” ucap Hyuk lembut, hatinya ikut sakit melihat Hyun mi seperti ini. Dipeluknya Hyun mi erat dan mengelus rambutnya yang kusut.

*****

Kejutan psikologi yang diderita Hyun mi perlahan membaik. Hyuk yang sangat setia menemaninya, membimbingnya, dan menyadarkannya. Memang tidak mudah bagi Hyun mi untuk menghilangkan Hakyeon dan semua kenangan singkat bersamanya. Namun, sosok Hyuk selalu ada di sampingnya di saat Hyun mi membutuhkannya. Walau Hakyeon sudah pergi dan mencampakkan Hyun mi begitu kejamnya tapi hati kecil Hyun mi tidak bisa berbohong kalau hanya Hakyeon yang dicintainya. Hanya saja Hyun mi tidak tega dengan Hyuk, jadi dia menerimanya sebagai seorang pacar namun hanya sebatas status dan setidaknya membuat Hyuk bahagia. Hati kecil Hyun mi masih ada Hakyeon yang kejam dan membuangnya.

Tanpa disangka memang Hakyeon kembali dari Jerman dan yang tidak disangka lagi dia kembali ke Seoul untuk mencari Hyun mi. Tidak mudah bagi Hakyeon memperoleh maaf dan kembali pada Hyun mi. Tolakan demi tolakan selalu Hyun mi lontarkan. Hyun mi memang masih menyimpan perasaan pada Hakyeon, namja yang mengambil hartanya itu. Walau demikian tidak serta merta Hyun mi menerima Hakyeon kembali, dia masih menjaga perasaan Hyuk. Baginya Hyuk sudah banyak berkorban untuk dirinya. Tidak hanya itu, dia juga sudah sabar menyembuhkan Hyun mi dari penyakit psikologisnya. Mana mungkin Hyun mi tega untuk melukainya. Tapi, hati selalu bertindak tak sesuai dengan logika. Dia menentang asas-asas logika dan membuat runyam segalanya. Jadilah Hyun mi bertindak menentang logikanya.


Waktu tidak bisa menjadi saksi antara kita

Waktu tidak bisa menjawab pertanyaan antara kita

Waktu tidak bisa menjadi asalan kita bersama

Tapi hanya waktu yang mempertemukan kita

Tapi hanya waktu yang memberikan rasa beda itu

Dan waktulah yang menjadikan benih cinta kita

“Aku merindukan anak kita” bisik Hyun mi, bening air matanya jatuh.

“Mianhae” Hakyeon merengkuh wajah mungilnya, mengusap air matanya yang jatuh lalu mengecup lembut keningnya.

“Maaf sudah membuatmu tersiksa selama ini” ungkap Hakyeon kembali sebelum memeluk Hyun mi erat. Mengungkapkan rasa bersalahnya yang ia simpan selama bertahun tahun.

Hyuk terdiam dari balik kaca mobilnya, menatap mereka nanar dengan rasa sakit yang jauh lebih sakit dibanding dengan pengkhianatan Hakyeon beberapa tahun yang lalu.

“Sekarang kau akan merebutnya kembali Hakyeon? Sahabat macam apa kau?” bisik Hyuk. Tangannya menggenggam setir semakin lama semakin erat, giginya mengerat, emosinya memuncak di ubunnya.

*****