The End Part 3 (End)

10523114_888596537822546_182240209_n

Author: Vivin

Judul: The End part 3 (End)

Cast:   –    Cha Hakyeon (N)

  •    Han Sanghyuk (Hyuk)

  •    Kim Hyun mi

Akhirnya~~ Author bisa menyelesaikan part ini~~ Fuih bener-bener perjuangan deh selesain part ini.. di part ini ada beberapa kejadian dan kata-kata yang terinspirasi dan diambil dari kehidupan nyata loh, lebih tepatnya sich sahabat author sendiri… So, semoga readers semua suka ya.. author kan sudah penuh perjuangan selesain part ini, jadi jangan lupa cuap2nya ya di coment.. hehe.. dont be silent readers guys…oke happy reading ^^

#Preview

Hyun mi.a~~ hiduplah berbahagia. Jaga baik-baik anak kita! Jadikan dia seorang anak yang berbakti pada orang tuanya dan menjadi orang yang berguna, jangan jadikan dia seperti ayahnya yang tidak berguna ini” gumam Hakyeon tatkala memandangi fotonya dan Hyun mi.

****

        Tangan Hakyeon bergetar saat melingkarkan tangannya tepat di pinggang yeoja dihadapannya. Pikirannya gelap dan pandangan matanya mulai buram karena desakan buih air matanya mulai menggenang. Sesaat kemudian dia merengkuh wajah wanita itu dan menciumnya, tepat di hadapan Hyun mi yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka berada. Hakyeon yakin Hyun mi pasti akan sakit melihat semua ini, dan saat ini dia juga merasakan sakit didadanya dan diiingi air matanya yang jatuh. Hyun mi hanya bisa terdiam dan merasakan sakit di dadanya yang perlahan menggrogotinya. Matanya ikut merasakan sakitnya melihat pemandangan di hadapannya, tangannya meremas ujung bajunya.

“Hakyeon.a~” bisiknya lemah, kakinya melemas dan tubuhnya ambruk.

****

            Hyuk menggedor gedor pintu berwarna abu-abu di hadapannya, tapi tidak ada seorangpun yang membukanya. Terpaksa, Hyuk mendobraknya dan didapatinya ruangan tersebut kosong, entah pemiliknya dimana. Rumah Hyun mi kosong melompong, seperti tidak berpenghuni. Sudah hampir 2 hari Hyun mi tidak bisa dihubungi, Hyuk yakin Hakyeon sudah berbuat sesuatu pada Hyun mi.

“Hyun mi.a~~ odisseo?” teriaknya. Setiap sudut rumahnya dicarinya, tapi tidak ada sosok Hyun mi.

“Hyun mi.a~~” teriak Hyuk sekali lagi tapi belum ada jawaban, sampai pada akhirnya di kamar Hyun mi, Hyuk mendengar sebuah seretan kaki dibawah tempat tidurnya. Hyuk terhenyak, ia merendahkan badan jangkungnya kemudian menengok ke bawah tempat tidur dan benar. Hyun mi ada di sana, merebahkan badannya di lantai, meringkuk seorang diri.

“Hyun mi, aku disini” Hyuk mengulurkan tangannya, berharap Hyun mi meraihnya dan keluar dari tempat tersebut.

“Aku akan membunuh anak ini” bisik Hyun mi lemah, badannya mengigil ketakutan. Kondisi Hyun mi sama persis seperti beberapa tahun yang lalu yaitu disaat Hakyeon meninggalkannya. Batin Hyuk sakit melihat Hyun mi kembali pada keadaan ini.

“Hyun mi.a aku disini, lihat aku!” Hyuk semakin mengulurkan tangannya, semakin berharap Hyun mi mau menerimanya dan keluar. Hyun mi hanya diam, bola matanya bergerak tak teratur dan menyimpan ketakutan disana.

“Hakyeon.a~~ Hakyeon.a~~ dia pergi, Hakyeon.a~” Hyun mi terus mengugamkan nama itu tanpa menggubris uluran tangan Hyuk.

****

            Hakyeon agak berlari saat mengunjungi Hyun mi. Setelah mendapat kabar keadaanya dari Hyuk, segera mungkin Hakyeon menemuinya. Dia sudah membuatnya terluka untuk kedua kali dan membuatnya harus mengalami guncangan kejiwaan lagi. “Hyun mi.a~ selemah itukah jiwamu? Begitu berartikah aku untukmu?” batin Hakyeon. Sekitar rumahnya sepi, taman bunga yang biasa ia siram kering. Pasti Hyun mi sudah tak menyiraminya lagi.

“Hyun mi.a~ buka pintunya!” Hakyeon menggedor gedor pintu berwarna abu-abu. Tapi sama seperti ketika Hyuk mendatangi rumah tersebut, tidak ada jawaban. Hakyeon memutar gagang pintunya dan sekali putar sudah terbuka, tidak terkunci. Tanpa banyak pikir, Hakyeon segera masuk kedalam rumah tersebut dan mendapati Hyun mi duduk terdiam menatap keluar jendela.

“Hyun mi.a~~” seru Hakyeon perlahan kemudian menghambur ke arah Hyun mi, memeluknya dari belakang.

“Kenapa kau ada disini?” tanya Hyun mi lemah dari balik back hug tersebut. Nada suaranya datar tidak segembira biasanya ketika sosok Hakyeon datang.

“Aku ingin meminta maaf padamu, aku tahu waktu itu aku sangat menyakitimu, tapi aku tidak berniat begitu, aku~~” Hakyeon tidak meneruskan kata-katanya karena Hyun mi bangun dari duduknya lalu melonggarkan pelukan tersebut dan berlalu meninggalkan Hakyeon.

“Hyun mi.a~ aku tahu kau marah, tapi….” Hyun mi tidak banyak berbicara ataupun memberikan perlawanan, dia hanya berjalan dengan tatapan kosong dan ketika memasuki kamarnya, langkahnya terhenti. Hakyeon tidak banyak berkomentar lagi, dia hanya mengikuti memasuki kamarnya. Clek, Hakyeon menutup dan mengunci kamar tersebut.

“Hyun mi.a, aku mohon dengarkan aku….” Hakyeon mendekat pada Hyun mi yang berdiri membelakanginya.

“Hakyeon.a~ aku sudah membunuh anak kita” ucap Hyun mi tetap lemah dan nada suaranya datar.

“Apa?” Hakyeon tertegun, tangannya mencengkram pundak Hyun mi dan membalikkannya menghadap Hakyeon.

“Kau gila?” mata Hakyeon sekarang membulat sempurna. Wajahnya memerah menahan rasa marah, tapi Hyun mi menatapnya balik dengan ekpresi yang datar, tangan kanannya merogoh saku yang ada di mini dressnya.

“Aku membunuhnya dengan gunting ini, kau lihat darahnya masih ada disini” Gunting yang selalu Hyun mi simpan di saku mini dressnya, ia angkat dan diperlihatkan pada Hakyeon. Sebuah gunting yang dihiasi dengan bercak darah kering.

“Hyun mi kau” Hakyeon mempererat cengkraman tangannya, dia tidak percaya dengan perkataan itu. Hyun mi tidak bergeming.

“Jangan marah Hakyeon, susullah anakmu sekarang” Hyun mi tersenyum licik sampai akhirnya ia mengayunkan guntingnya tepat di perut Hakyeon.

“Hyun mi kau” nafas Hakyeon terhenti sesaat. Tangannya kini beralih memegang gunting yang ditancapkan Hyun mi tepat di perutnya. Cipratan darah segar langsung menghiasi baju keduanya. Seketika nafas Hakyeon tersengal, kepalanya pening dan tubuhnya ambruk. Hyun mi hanya menatap Hakyeon dengan pandangan seduktif dan kosong. Darah Hakyeon terus mengalir dari perutnya dan gunting yang Hyun mi tancapkan masih menancap disana. Sekarang Hakyeon sudah tidak sadarkan diri. Hyun mi berjalan mendekatinya, duduk di hadapannya dan mengelus pipinya lembut.

“Hakyeon, bangun~ kenapa kau tidur?” tanya Hyun mi, diguncangnya badan Hakyeon tapi tidak ada respon. Hakyeon sudah tidak sadarkan diri akibat pendarahan hebat di perutnya.

“Hakyeon, kenapa kau diam? Ayo bangun~~~” Hyun mi terus mengguncang guncang badan Hakyeon yang semakin dipenuhi dengan darah segarnya yang terus mengalir.

“Hakyeon bangun~~~” sekarang Hyun mi memeluknya. Ia merasakan kesedihan menggelayuti perasaannya. Setelah lama dia memeluk Hakyeon, yeoja ini membuka pelukannya lalu berlari menjauh dari Hakyeon kemudian meringkuk seorang diri di pojok kamar.

“Hakyeon.a~ mati, eottocke?” bisiknya ketakutan. Pikiran mendadak berubah kalut, apalagi dihadapannya Hakyeon sudah terkapar tidak berdaya dan bersimbah darah.

“Aku sudah membunuhnya, eottocke?” Hyun mi menekuk lututnya, sekujur badannya mulai kedinginan karena digrogoti rasa takut. Hyun mi menggigil ketakutan seorang diri. Pintu kamar tertutup rapat, tapi tiba-tiba seseorang menggedor gedor keras dari luar.

“Eottocke??” batin Hyun mi menjerit. Mata sipitnya takut-takut melirik tangannya yang bersimbah darah, bahkan mini dressnya yang berwarna putih kini sudah dipenuhi bercak merah.

“Yaaaaakkkkk” seseorang berteriak keras dari luar dan menggedor gedor pintu. Ganggang pintu terus berputar putar, seseorang memaksa masuk ke dalam.

“Andwae, andwaee” nafas Hyun mi memburu, pasokan oksigen dalam paru-parunya semakin berkurang, pelipisnya dipenuhi dengan keringat dingin, otaknya sudah tak dapat berpikir. Tubuhnya terkulai lemas, seluruh badannya seketika mengeras dan ia tidak dapat merasakan keberadaan disekitarnya. Braakkk, pintu terbuka dengan cara didobrak dan ternyata itu Hyuk.

“Hakyeon.a~~~” teriak Hyuk ketika melihat keadaan Hakyeon yang bersimbah darah dengan gunting yang masih menusuk dibadannya.

“Hyukii, aku membunuhnya, Sekarang dia sudah mati. Bagus kan?” tawa Hyun mi seketika pecah. Wajahnya menyeringai bahagia memberitahu bahwa dia sangat senang sudah membuat Hakyeon seperti ini.

“Hyun mi kau….” dahi Hyuk mengernyit mengetahui Hyun mi yang menyebabkan Hakyeon begini.

Keringat dingin membasahi pelipis Hyuk, nafasnya tersengal, tangannya mengepal kain spreinya, pancaran matanya masih agak kabur, jiwanya juga masih belum seutuhnya terkumpul. Dia bermimpi buruk, untuk yang kesekian kalinya dan tiap malamnya. Sangat jelas tergambar dalam ingatannya bagaimana Hakyeon bersimbah darah dan Hyun mi yang membunuhnya.

“Hakyeon.a~~” serunya sesaat mengingat mimpinya. Dia masih berusaha mengatur nafasnya yang ikutan tersengal akibat shock yang dialaminya dalam mimpi.

“Apa yang aku lakukan? Kenapa aku begini?” tanyanya dalam hati. Rasa bersalah sudah mulai mendatanginya.

Hyuk berjalan agak terhuyung menuju kamar mandi. Disana dia mengguyur badannya, mencari kesegaran dan ketenangan jiwanya. Ketika dinginnya air Seoul menyentuh tubuhnya, air matanya juga ikut jatuh.

“Hakyeon.a~ maafkan aku. Aku merindukan saat-saat kita bersama” lirih Hyuk. Dadanya semakin sesak mengingat kebersamaannya dan Hakyeon. Rasa bersalah itu entah kenapa datang tiba-tiba dan semakin menghantui Hyuk setiap harinya.

*****

Siang itu cuaca Seoul agak kurang bersahabat. Salju yang turun semalam membuat jalanan tertutup oleh salju tebal. Hakyeon dan Hyun mi berjalan beriringan hendak mengunjungi dokter kandungan untuk mengontrol kehamilan Hyun mi. Selama perjalanan dari apartement, ponsel Hakyeon terus berdering tapi sedikitpun ia tidak menengok ponselnya.

“Hakyeon.a~ angkatlah telfonmu!” suruh Hyun mi, karena risih dengan suara telfon Hakyeon.

“Bukan telfon penting” elak Hakyeon.

“Angkatlah, siapa tahu itu telfon penting” Hyun mi menahan langkah Hakyeon dengan manarik lengannya.

Hakyeon melirik ponselnya, dia sudah tahu siapa yang menelfonnya dari tadi, Hyuk. Hakyeon sudah bisa menebak mengapa Hyuk menelfonnya, menagih kesepakatan bersama.

“Yaeobboseo, apa yang kau inginkan?” tanya Hakyeon dingin, dia berjalan menjauh dari Hyun mi, tak ingin Hyun mi mendengar perbincangan mereka.

“Temui aku di taman kota sekarang juga, ada yang ingin kukatakan padamu, bawa Hyun mi bersamamu” suruh Hyuk tenang.

“Apa yang kau rencanakan?” tanya Hakyeon sinis.

“Aniya” tuttt. Telfon tertutup secara sepihak. Hakyeon mendengus kesal, perasaannya seketika tidak enak.

*****

Sosok Hyuk dari kejauhan sudah tampak. Tidak sulit mencari keberadaanya dengan tinggi badannya yang mendekati kata sempurna. Hakyeon sesaat menghela nafasnya, menyiapkan dirinya menerima kejadian apapun yang akan terjadi dan semua perlakuan Hyuk. Senyum Hyuk terkembang ketika melihat dua sosok orang yang ditunggunya sudah datang.

“Akhirnya kalian datang juga” sambut Hyuk ramah.

“Apa yang ingin kau katakan? Kita tidak bisa berlama lama disini” tanya Hakyeon sinis. Tangannya meraih Hyun mi dan menggenggamnya kuat, menjaganya.

“Hakyeon.a~ kenapa kau begitu dingin? Bisakah kita duduk dan bersantai?” ajak Hyuk ramah. Hakyeon hanya membalas ajakan tersebut dengan tatapan semakin sinis.

“Hakyeon.a~, bolehkah aku minta tolong untuk membeli cappuccino?” tawar Hyuk.

“Hah?” Dahi Hakyeon mengernyit mendengar permintaan Hyuk. Matanya langsung menatap Hyun mi, meminta izin melalui bahasa tatapan mata, Hyun mi menganggukkan kepalanya.

“Baiklah, ayo Hyun mi!” ajak Hakyeon sekaligus menarik tangan Hyun mi.

“Hyun mi disini saja bersamaku” elak Hyuk lalu menahan tarikan tangan Hakyeon.

“Tapi…..” wajah Hakyeon cemas.

“Gweanchana~~” Hyun mi tersenyum berusaha menetralkan kekhawatiran Hakyeon.

“Baiklah” Hakyeon melepas tangan Hyun mi, membiarkannya bersama Hyuk. Semoga saja tidak ada kejadian apapun yang menimpanya.

Hyun mi berdiri mematung disamping Hyuk. Matanya masih belum lepas dari Hakyeon. Memandangi pundaknya yang semakin kecil untuk dilihat, memperhatikannya menghampiri penjual Cappucino yang ada di seberang jalan. Tidak ada satu katapun yang Hyun mi ucapkan ketika berada di samping Hyuk. Suasana seperti ini sangat berbeda jauh sebelum kejadian hari itu, hari dimana Hyuk menamparnya. Jalanan Seoul sore ini memang kosong dan sepi, tapi entah kenapa tiba-tiba ada sebuah mobil melaju kencang dan semakin kencang ketika Hakyeon hendak menyebrang jalan dan BRAKKKK. Tubuh Hakyeon terpelanting ketika sebuah mobil menabraknya.

“HAKYEONN.AA~~~~” teriak Hyun mi kencang melihat Hakyeon terkampar bersimbah darah.

“Hakyeon…” teriak Hyuk selanjutnya. Keduanya segera menghampiri Hakyeon yang tak sadarkan diri. Darah bersimpah dan mengalir deras dari kepala Hakyeon.

“Hakyeon.aaa” Hyun mi jatuh lemas dihadapan Hakyeon melihat calon suaminya tak sadarkan diri dengan darah berceceran disekitarnya, tangisnya pecah.

****

            Bunyi sirine ambulance terus mengaung sepanjang jalan. Hyuk dan Hyun mi saling terdiam dalam ambulance. Keduanya sama-sama berkonsentrasi pada keadaan Hakyeon yang kritis. Hyun mi tak henti-hentinya menangis, tangannya terus menggenggam erat tangan Hakyeon. Hakyeon segera dibawa ke UGD dan keduanya kini hanya bisa pasrah, menunggu kabar dari dokter.

“Hakyeon.a~ jangan pergi” tubuh Hyun mi semakin lemas. Melihat Hakyeon seperti sekarang membuatnya kehilangan kekuatannya.

“Hyun mi.a kau” akhirnya Hyuk mengeluarkan suaranya setelah diam selama di dalam ambulance.

“Kau yang merencanakan ini semua? Hah?” tanya Hyun mi sembarangan dan sinis. Matanya yang sembab penuh dengan rasa benci pada Hyuk menatapnya tajam.

“Hah?” Hyuk terkejut mendengarkan pertanyaan Hyun mi.

“Kau jahat sudah membuat Hakyeonku sekarat. Tidakkah kau cukup membuatnya menderita selama hampir 6 tahun? Kenapa kau melakukan ini Hyuki?” pertanyaan Hyun mi semakin menekan dan sengit. Tatapan matanya juga sekarang semakin tajam dan menuduh.

“Hyun mi apa yang kau katakan?” Hyuk merasa terpojok dan tertuduh tanpa alasan.

“Kau tidak perlu berakting lagi, aku sudah tahu semuanya. Aku mendengar semua pembicaraan kalian waktu di tempat Hakyeon. Hyuki aku tidak menyangka kau sejahat itu pada Hakyeon, dan kau sudah membunuh anakku” derai air mata Hyun mi semakin deras. Sementara itu, Hyuk hanya terdiam kebingungan. Hyun mi mendekati Hyuk, mengangkat tangannya hendak menamparnya tapi Hyuk menahannya.

“Iya aku yang salah, aku yang jahat, aku yang membunuh anakmu, tapi sedikitpun aku tidak ada niatan untuk membunuh Hakyeon. Dia sudah cukup menderita selama ini. Sudah cukup bagiku untuk menyakitinya terus menerus. Hari ini aku mengajak kalian bertemu untuk meminta maaf dan merelakanmu untuk Hakyeon. Kau tahu rasa bersalah terus mendatangiku sejak aku bermimpi buruk mengenai kalian berdua. 1000 kali aku berpikir mengapa aku bisa sejahat ini pada Hakyeon, padahal dia adalah sahabat yang sangat baik bagiku” cengkaraman tangan Hyuk semakin menguat, bulir air matanya mulai bermunculan di balik kelopak matanya.

“Sahabat terbusuk yang kau punya? Bukankah itu yang kau katakan?” sindir Hyun mi, masih sinis.

“Salah, dia sahabat terbaik yang aku punya” Hyuk membuka cengkraman tangannya.

“Apakah tidak ada maaf untukku? Segitu jahatkah aku dimatamu, sehingga kau berpikiran aku yag merencanakan kecelakaan Hakyeon?” Hyuk tersenyum getir. Melihat senyumnya Hyun mi merasa terpukul dan tertampar keras.

“Sekarang dia kembali menderita karenaku, andai aku tidak memintanya menemuiku, dia pasti sekarang sehat-sehat saja. Hakyeon.a maafkan aku, aku merasa bersalah sudah membuatmu menderita” air mata Hyuk jatuh dan dia tertunduk. Pundaknya bergetar, dia menahan tangisnya yang seakan ingin pecah sekarang. Hyun mi hanya bisa tertegun melihatnya. Tidak ada yang bisa dilakukan karena badannya seperti dimatikan rasa oleh perkataan Hyuk. “Apa yang aku lakukan disini? Hyuk menangis karena sahabatnya menderita?” Batin Hyun mi bertanya sendiri.

“Hyuki, apa kau sedang berbohong sekarang?” suara lembut Hyun mi hadir di tengah tangisan Hyuk.

“Hyun mi.a, sedikitpun aku tidak berbohong. Aku benar-benar menyesal, maafkan aku sudah menamparmu waktu itu. Aku benar-benar di luar kendali” Hyuk merengsek terduduk. Pundaknya semakin bergetar. Hyun mi hanya bisa diam, ada perasaan yang menggelitiki hatinya. Perasaan ikut merasakan sakit yang Hyuk derita selama ini.

“Keluarga Hakyeon?” suara dokter memecahkan suasana antara keduanya.

“Ne” jawab Hyun mi cemas. Wajah Hyuk terdongak mendengar nama Hakyeon disebut.

“Tidak terdapat luka yang serius, hanya saja dia mengalami pendarahan hebat dikepalanya dan patah tulang di kaki. Pasien membutuhkan perawatan yang intensif beberapa hari. Diusahakan untuk pihak keluarga agar segera mengurusi administrasi, agar pasien bisa segera dipindahkan di ruangannya” keduanya bernafas lega mendengarkan penjelasan dari dokter.

*****

Berkali kali Hyun mi mengelus perutnya, matanya menatap kosong pada foto yang ada di genggaman tangannya. Foto mereka bertiga, Hakyeon, Hyun mi dan Hyuk. Sesekali Hyun mi mengelus wajah Hakyeon kemudian berpindah pada Hyuk.

“Hyuki, Hakyeon, kenapa? Kenapa?” tes, air matanya jatuh akhirnya. Ingatan Hyun mi menerawang~~
Hyun mi hampir tidak kuat berdiri, kakinya bergemetar. Nafasnya memburu dan jantungnya berdegup tidak normal. Hari ini tepat dibalik pintu Hyun mi mendengar semua. Mendengar semua pembicaraan Hakyeon dan Hyuk. Mendadak, hatinya tertancap sembilu berkali kali. Ternyata~~ ah sudahlah, kepala Hyun mi langsung kosong dan dia tidak dapat berpikir jernih. Ingin rasanya dia memeluk Hakyeon dan menanyakan kebenaran pembicaraan mereka, tapi apa daya melihat wajah pucat Hakyeon membuatnya mengurungkan niatnya dan hanya bisa melampiaskan tangisannya di pelukan Hakyeon.

Sesudah itu Hyun mi mengingat masa-masa ketika dirinya bersama Hyuk dan saat mereka bertiga bersama. Masih ingat di ingatan Hyun mi, keakraban keduanya. Sekarang, mereka terpisah dan saling menyakiti, hanya disebabkan oleh seorang wanita yang datang di antara mereka. Hyun mi merasa bersalah sudah hadir di antara mereka, membuatnya saling terpisah seperti ini. Satu persatu perkataan Hyuk dan Hakyeon kala itu bertubi tubi muncul di pikiran Hyun mi, membuat wanita ini berpikir dan mengisakkan tangis.

“Iya aku gila. Hyuk sekarang gila karena kau sudah merebut Hyun miku. Kau adalah sahabat terbusuk yang aku punya. Aku tidak akan berbuat seperti ini kalau kau tidak merebut Hyun mi. Apa kau tahu berapa tahun aku menyukai Hyun mi dan menunggu untuk menyatakan cinta padanya? Tapi apa? Tanpa merasa berdosa sedikitpun kau merebutnya dan akan menikahinya, bahkan sekarang dia sedang mengandung anakmu, dimana otakmu hey Cha Hakyeon?

“Kau menipuku Hyuk, kau benar-benar merencanakan segalanya. Kau membuatku terkesan ingin menikahi Hyun mi karena dia sudah mengandung anakku, dan ketika dia keguguran aku meninggalkannya lalu membatalkan pernikahan. Kenyataannya keberangkatanku memang kau rancang sesudah kau membuat Hyun mi keguguran. Selama aku di Jerman kau juga menghalangiku untuk menghubungi Hyun mi. KAU KEJAM Hyuk!”

“Aku tidak akan berbuat kejam sebelum kau berbuat kejam terlebih dahulu padaku. Kau juga melanggar janjimu. Katanya kau akan meninggalkan Hyun mi, tapi kau malah kembali dan merebut dia dariku. Sekarang, Hyun mi hamil kembali. Hebat sekali”

*****

Hyun mi berjalan gontai memasuki kamar Hakyeon. Sudah 1 minggu dirawat Hakyeon dirawat dan dia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Saat Hyun mi memasuki kamarnya, Hakyeon sedang bercengkrama dengan Hyuk. Pemandangan yang langka sejak bertahun tahun lamanya.

“Oh Hyun mi syukur kau datang, aku harus segera kembali ke kantor, Annyeong~” Hyuk buru-buru mengambil tasnya dan bergegas pergi. Tinggal Hakyeon seorang diri tersenyum melihat Hyun mi datang.

“Kau datang?” tanyanya dengan senyum yang merekah. Wajahnya memang masih pucat tapi senyum manisnya tetap saja terlukis indah di ruas wajahnya.

“Ne” jawab Hyun mi singkat. Hyun mi duduk di samping Hakyeon, menggegam tangannya dan menempelkannya tepat di pipinya, air matanya jatuh sekarang.

“Hei, wae geurae? Aku sudah tidak apa-apa, gweanchana, jangan menangis!” Hakyeon menghapus air mata Hyun mi yang jatuh.

“Aniya, aku baru menyadari kalau Hakyeonku selalu tampan bagaimanapun keadaanya. Dalam keadaapun sakitpun dia sangat tampan” tangan Hyun mi sekarang mengelus pipi Hakyeon.

“Jangan gombal” Hakyeon mencubit pipi Hyun mi, gemas.

“Tidurlah aku akan menjagamu”

“Baiklah” Hakyeon menutup matanya dengan cepat, genggaman tangan Hyun mi masih lekat. Sebuah kecupan kening diberikannya ditengah damai tidurnya Hakyeon.

“Aku mencintaimu” bisik Hyun mi, air matanya jatuh dan membasahi pipi Hakyeon.


Hyuk agak berlari keluar kantornya. Hyun mi menunggunya di kafe yang berada tepat di samping kantornya.

“Aigo, Hyun mi.a~~ ada apa?” Hyuk membersihkan sisa-sisa salju yang mengotori jasnya.

“Tada, ini untukmu” Hyun mi menyodorkan sebuah kotak makan yang berisi sushi, makanan kesukaan Hyuk.

“Sushi?” Hyuk tertegun melihat kotak makanan yang penuh diisi dengan sushi.

“Makanan kesukaanmu, ambillah! Kau pasti belum sempat makan siang ini” Hyun mi menyodorkan kotak makannya lebih dekat dengan Hyuk. Hyuk mengambilnya dengan rasa yang tidak percaya, Hyun mi memaksa untuk bertemu hanya untuk memberikan ini.

“Hyuki, bisakah kau merendahkan kepalamu? Aku ingin membisikkan sesuatu?”

“Oh ne” Hyuk sedikit merendahkan kepalanya agar bisa sejajar dengan Hyun mi. Sebuah kecupan singkat dari Hyun mi mendarat pipi Hyuk, membuatnya tidak percaya dan mukanya langsung memerah. Tapi dibalik kecupan itu tangan Hyun mi meletakkan sebuah lipatan kertas di saku belakangnya. Hyuk tidak menyadari itu, dia hanya berkonsentrasi dengan kecupan ringan yang diberikan oleh Hyun mi.

“Baiklah, aku pulang~ selamat makan” Hyun mi langsung pergi berlalu setelah memberikan kecupan tersebut. Melambaikan tangannya dari luar cafe, dan Hyuk membalasnya dengan lambaian tangan yang malu-malu. Mukanya masih merah padam akibat kecupan tadi, tangannya juga masih memegangi pipinya yang memanas.

*****

               “Kau bodoh…” Hakyeon tidak meneruskan kata-katanya. Kepalanya tertunduk dan air matanya jatuh. Dadanya terasa sesak membaca surat pemberian Hyun mi yang sengaja ia letakkan di meja . Hakyeon benar-benar terpukul membaca surat itu, tangannya masih erat menggenggam surat tersebut.

“Hyun mi.a~ tidak seharusnya kau seperti ini” tangis Hyuk pecah ketika membaca surat yang Hyun mi selipkan di saku celananya.

****

Tahukah kalian siapa aku?

Aku, Hyun mi..

Seorang wanita yang muncul diantara kalian bertiga..

Aniya, aku adalah wanita yang awalnya ada di samping Hyuk..

Sampai akhirnya aku mengenal sosok Hakyeon yang menjadi pangeran idamanku..

Hari itu, hatiku hancur ketika mengetahui Hyuk sudah menyakiti Hakyeon dan membuatnya meninggalkanku..
Hatiku kembali hancur ketika tahu ternyata Hyuk yang membunuh anakku.

Dan hatiku semakin hancur ketika tahu dia berbuat jahat karena seorang sahabat yang dianggapnya busuk sudah merebut wanitanya…

Sungguh aku sangat marah dan kecewa pada Hyuk..


Tapi ketika melihat air mata Hyuk jatuh yang menangisi Hakyeon dan rasa bersalahnya, aku menyadari sesuatu..

Bukan Hyuk yang menyakiti Hakyeon tapi aku..

Bukan Hakyeon yang membuat Hyuk menjadi jahat tapi aku…

Aku yang menyakiti kalian berdua..

Aku yang membuat kalian berpisah..

Aku yang membuat kalian membenci satu sama lain..

Aku yang membuat sebuah persahabatan menjadi terpecah..

Aku adalah benalu di antara kalian…

Orang ketiga diantara kalian adalah aku…

Aku adalah wanita yang membuat kalian menderita..

Aku datang bukan mempererat hubungan kalian tapi malah membuat kalian saling menyakiti..

Dari awal memang harusnya aku yang pergi bukan salah satu diantara kalian..

 

Hakyeon.a~ lupakan semua kenangan kita yang singkat itu..

Aku berjanji akan menjaga anak kita..

Aku berjanji akan menjadikannya anak yang baik..

Aku berjanji akan menjadi ibu yang baik baginya..

Jangan khawatirkan kita~

Kita pasti bahagia..

Semoga kau cepat sembuh Hakyeon.a~

Semoga Tuhan segera memberikan kesembuhan padamu…

Semoga kau menemukan wanita yang lebih baik dariku..

 

Hyukii… maafkan aku tidak peka dengan perasaanmu..

Maafkan aku tidak bisa mecintaimu..

Maafkan aku sudah membuatmu berubah menjadi Hyuk yang menyeramkan..

Pesanku, jaga Hakyeon,jadilah seorang sahabat yang baik baginya..

Semoga kau menemukan wanita yang terbaik bagimu..

 

Jangan bersedih…

Aku hanya pergi untuk kebaikan persahabatan kalian…

Tahukah kalian bahwa persahabatan itu lebih penting daripada percintaan..

Jadi ketika aku pergi, aku harap persahabatan kalian bisa terjalin indah seperti dulu..

Sama disaat sebelum aku hadir di tengah kalian..

Mari kita akhiri, drama menyedihkan ini..

Ill be oke, just not today~~

Jaga diri kalian baik-baik….

Full of Love

Hyun mi

THE END