LITTLE DAISY

12380510_962420367176946_1021206971_n
Annyeong yoerobun, lama udah author gak ngepost FF disini….. Nah kali ini sengaja author nyoba main cast dari leader BAP. Yes, Bang Yongguk.. Bertepatan dengan ultah si kembar (Yongguk dan Yongnam *walau gak ada Yongnam), semoga FF ini jadi hadiah untuk si kembar ye~~ semoga suka dengan FFnya, No Bash please.. author memang gak ahli FF beginian, maaf juga kalau gak dapet gregetnya..thanks  Ravienne Artwork for cover spesialnya, so amazing yeahh~
Happy Reading!!! *jangan lupa tinggalkan jejek yee, gomawo^^

#HappyBangsterDay #HappyBangsterDay #HappyBangsterDay

*****

Author : LeoVivin

Title     : Little Daisy

Genre  : Romance, Semi Psycho

Cast     :

  • Bang Yongguk (BAP)
  • Kim Daisy (OC)

 

Aku tidak pernah mengerti makna sebuah bunga

Bagiku bunga hanya untuk pajangan

Tidak perlu dicintai atau disayangi

Tapi si Daisy kecil berbeda

Hidup nakal di seberang jalan

Menyapa tiap pagi dan

Memberiku sebuah ciuman dan sentuhan

 

*****

Daisy mengerang sesaat ketika sinar matahari berhasil mengusik tidurnya. Enggan untuk membuka mata Daisy meraba ke sekitar mencari ujung selimut untuk menutupi sisi tubuhnya yang kedinginan. Ia menginginkan tidur yang lebih walau sudah 6 jam tertidur.

“Bangunlah Daisy sayang, hari sudah pagi, bukankah bunga Daisy akan mekar ketika matahari menyinarinya?” semilir angin membawa selentingan suara yang tak tahu berasal darimana.

“Aahh…” erang Daisy lagi. Malas ketika dia harus membuka mata, tapi suara tadi benar-benar mengganggu ketentraman pikiran Daisy. Terpaksa ia membuka kelopak mata.

Walaupun tatapan mata Daisy masih terhalang kabut tapi dia dapat menangkap sesosok bayangan ada di hadapannya. Daisy sengaja mengucek mata untuk melihat lebih jelas. Sesosok bayangan itu kini membias sempurna di retina Daisy. Seorang laki-laki bersendekap, bersender di samping jendela, mengukir senyum tipis dan memasang pancaran mata sayu tapi penuh gejolak di dalam sana.

“Kau?” Daisy mengerucutkan bibirnya manja.

“Bangunlah sayang!” Daisy benci mendengar suara kekasihnya ketika pagi. Terdengar lebih seksi dengan sensasi serak dan berat.

“Aku mau dicium!” Daisy menjulurkan kedua tangannya manja sembari mengerang tak menentu.

Laki-laki itu hanya tersenyum manja dan melangkah mendekati Daisy, duduk di sampingnya kemudian menurunkan kepala untuk mensejajarkan dengan wajah Daisy.  Sikut laki-laki itu mampu menahan berat badannya agar tetap seimbang di atas Daisy.

“Kau mau aku menciummu?” tanyanya dengan suara baritone yang berhasil membuat bulu kuduk Daisy berdiri. Ditambah dengan hembus nafas hangatnya yang menyeka pori-pori Daisy. Daisy tergoda dan ingin semakin mendekat padanya.

“Em ne, ayo berikan!” Daisy merengek manja, kini tangannya memegang kerah jas laki-laki itu, menariknya lebih dekat.

“Kau belum sikat gigi sayang, bangunlah!” laki-laki yang mengenakan jas biru pastel itu menarik dirinya.

“Ah mwoya?” Daisy kesal karena keinginannya tak dituruti.

“Bangun sayang, ayo bangun! Atau aku akan memakanmu?”

“Makan saja aku!” Daisy bangkit dari tidurnya dan langsung menjatuhkan kepala di dada laki-laki itu.

“Aku ingin malas-malasan di kasur ketika melihatmu terlihat tampan seperti ini.” Daisy mulai menggoda, tangannya bergerilya memeluk kekasihnya erat.

“Hei, aku ingin kau segera mandi dan memasak sarapan untukku. Bukan untuk bermalas-malasan di kasur.”

“Sebentar saja, ne ne?” Daisy masih memaksa.

“Cepat sayang!”

“Hisshh, aku kan menyuruhmu datang jam 9, sekarang kan masih jam 6 pagi.” Daisy mengerucutkan bibir kembali.

“Lihat lihat, bibirmu sangat menggoda.”

“Makanya cium aku!”

“Aku akan menciummu jika hasil masakanmu enak, ayo sekarang bangun!”

“Ah andwaae, yak Yongguk!” Daisy sedikit memekik karena ditarik paksa untuk bangun.

“Gendong aku! Kajja!” Daisy langsung merangkul leher Youngguk dari belakang, menggelayut di bahunya serta melingkar kaki di pinggang laki-laki berbadan tegap itu.

“Daisy…” desis Yongguk senang.

Yongguk memang suka Daisy bermanja manja seperti ini, membuat laki-laki itu ingin menyentuh Daisy lebih dan meluapkan cintanya.

 

*****

 

Daisy mengikat rambutnya dengan model kuncir kuda, model rambut demikian memudahkannya untuk bergerak dan bekerja menyiapkan sarapan untuk Yongguk. Laki-laki yang genap dipacarinya selama tiga bulan itu sedang duduk manis di meja makan, memperhatikan Daisy dengan detail, tidak melepaskan pandangan sedikitpun.

“Hei hentikan melihatku seperti itu, aku tahu aku sangat cantik.” goda Daisy, gigi gingsul gadis ini langsung terlihat saat melebarkan tawa renyah.

“Aku tidak tahu kenapa aku suka melihatmu. Duniaku seperti berputar dan hanya berisikan dirimu. Hei Kim Daisy sihir apa yang kau berikan padaku?” Yongguk tersipu malu.

Aniya, aku tidak menyihirmu.” Daisy terkekeh sendiri.

“Benarkah?” Yongguk bangun dari duduknya, berjalan pelan ke arah Daisy.

“Tentu saja,” Daisy menyibukkan diri dengan menyiapkan beberapa rumput laut. Ia tahu jika dia menatap Yongguk kali ini maka nyawanya akan tamat.

“Benarkah?” lagi Yongguk bertanya.

Ne..

“Benarkah?” tepat di pertanyaan yang ketiga Yongguk memegang tangan Daisy, menghentikan kegiatan wanita ini.

“Hei, yak…” pura-pura Daisy memasang wajah kesal.

“Lihatlah dirimu, bersinar dan cantik, aku tak tahu kenapa aku sangat mencintaimu, Daisy kecilku.”

“Kau menggodaku sekarang?”

“Tentu saja, apa balasanmu untuk godaanku ini?”

“Em..ini,” tanpa disangka Daisy mengambil bawang merah dan dijulurkan tepat di depan mata Yongguk, membuat Yongguk menyipitkan mata dan menjauh dari Daisy.

“Hei yak,”

“Gombal, menjauh sana! Aku akan menyiapkan sarapan untukmu.” tidak menggubris perkataan Daisy, Yongguk tetap berdiri di samping Daisy dengan tangan yang menggenggam erat tangan Daisy.

*****

3 BULAN YANG LALU

Hari ini merupakan hari senin, hari untuk memulai pekerjaan. Yongguk membenci hari ini karena memaksanya untuk bertemu tumpukan file dan angka-angka, menyebalkan!

“Permisi,” seorang wanita menghadang derap langkap Yongguk.

Ne?”

“Yongguk?” jari telunjuk wanita ini menunjuk tepat ke wajah Yongguk.

“Ah ne?” darimana dia bisa tahu namanya. Padahal Yongguk merasa asing dengan wanita ini, apa mungkin Yongguk lupa dengan wanita ini?

“Kim Daisy,” sekarang dia mengulurkan tangan ingin berjabat tangan sembari menggores senyum renyah di bibir tipisnya. Senyum renyah milik wanita ini cepat dan pasti meluluhkan Yongguk. Dibalaslah uluran tangan itu sambil Yongguk menyebut namanya.

“Yong…” belum selesai Yongguk menyebut namanya, wanita ini menarik Yongguk dan mencuri bibirnya. FINE! Dia mencium Yongguk.

“Hei!” Yongguk tersentak kaget dan segera melepas jabatan tangan mereka.

“Sudah kuduga bibirmu manis.” tanpa rasa bersalah sedikitpun, wanita ini terkekeh sendiri.

“Siapa kau? Apa kau gila? Kau sudah menciumku? Kau punya sopan santun kan? Aku tidak mengenalmu?” Yongguk bingung harus marah atau senang saat wanita berwajah oval dan menarik ini mencuri bibirnya tanpa izin.

“Karena aku menyukaimu, makanya aku menciummu.”

Mwo?”

“Pulang kerja aku akan menunggumu di taman Hongsaeng, arasso? Annyeong!” wanita itu melambaikan tangan, menebar senyum renyah yang melumpuhkan itu. Rambut sebahunya tampak bergerak ke kanan dan ke kiri saat kaki mungilnya berlari kecil menjauhi Yongguk yang termangu seorang diri.

“Tadi itu apa? Apa aku bermimpi? Dia pikir ini dunia drama hah? Bisa mencuri bibir seseorang tanpa permisi,” Yongguk mengira-ngira sendiri sambil terus memegang bibirnya. Hangat masih terasa di kelopak bibirnya.

Selama jam bekerja Yongguk tidak dapat berkonsentrasi, banyak proposal yang ia kerjakan salah dengan beberapa typo di sana sini. Jelas saja dia tidak berkonsentrasi, bayang-bayang wanita tadi terus menghantuinya tiada henti. Entah karena senyum meluluhkan itu atau karena pencurian ciuman tadi yang membuat Yongguk terus memikirkannya dan menginginkan waktu berputar lebih cepat agar mereka bisa bertemu. Yongguk ingin sekali menanyakan lebih jauh tentang wanita itu. Siapa dia? Apa motivasinya hingga berani mencium Yongguk? Apa mungkin tadi dia ikut reality show?

Tepat jam 4 sore Yongguk segera bergegas pergi, biasanya sepulang dari bekerja Yongguk masih menyempatkan diri duduk santai untuk menyeruput kopi tapi tidak kali ini. Ia harus segera pulang dan menemui wanita tadi. SEGERA! Yongguk sedikit berlari saat melihat taman Hongsaeng di depan mata. “sedikit lagi” bisik Yongguk sendiri. Nafasnya sedikit tersengal, ia menunduk sejenak dengan tangan yang memegang lutut. Mengelap sedikit keringat yang menetes di pelipis. Tak jauh dari tempat ia berdiri Yongguk sudah bisa melihat wanita tadi berdiri di samping ayunan. Dia tersenyum simpul. Blues pink selutut yang ia kenakan membuatnya terlihat lebih cantik. Desir darah Yongguk berburu. “Perasaan apa ini?” pekik Yongguk dalam hati. Wanita yang mengaku bernama Daisy tadi melambaikan tangan kemudian berjalan mendekati Yongguk. Di titik inilah Yongguk tidak dapat berkutik, hanya bisa menatap kedatangan seorang wanita yang menyihirnya dengan satu ciuman curian dan senyuman pelumpuh syaraf.

“Kau datang?” tanya wanita itu lembut. Yongguk tak bisa langsung menjawab pertanyaan wanita tadi, ia membutuhkan beberapa detik untuk menyadarkan jiwanya dari sihir wanita ini.

“Em… Ne..” keluar juga suara Yongguk walau ia harus menunduk menyembunyikan semu merah di kedua pipinya.

“Aku senang sekali,” andai saja Yongguk bisa memohon pada wanita ini untuk tidak tersenyum di hadapannya. Karena itu menjadi kelemahan Yongguk sekarang.

“Daisy-ssi, maukah kau mendengarkan mp3 bersama?” ajakan macam apa ini? Tapi Yongguk tetap mengutarakannya.

Dia merogoh ponsel dan earphone dari saku celananya, disodorkan begitu saja pada Daisy. Tentu saja Daisy sangat senang mendengar tawaran Yongguk. Ini yang dia mau, bisa lebih dekat dengan Yongguk, walau itu bermula dari mendengarkan mp3 bersama.

 

Seharusnya kala itu aku tidak menemuimu di taman…

Seharusnya kala itu aku tidak menawarimu mendengarkan lagu bersama…

Yah benar, seharusnya!!

Tapi aku sudah melakukannya dan inilah yang terjadi..

Terkungkung dalam pesona si pencuri ciuman..

Aku ingin polisi membuat peraturan baru untuk para pencuri ciuman seperti Daisy..

 

*****

 

Omelet spesial dengan sup rumput laut menjadi hidangan sarapan yang Daisy buat untuk Yongguk. Pemilik suara berat ini tersenyum cerah, memamerkan gusi merah muda yang menjadi khas Yongguk ketika tersenyum penuh bahagia.

“Makanlah,” pinta Daisy.

“Kau yakin ini enak?” tanya Yongguk ragu.

“Tentu saja aku yakin itu enak,”

“Benarkah?”

“Tentu saja, aku akan memukulmu jika kau berbohong.”

“Kau terlalu terobsesi dengan bibirku,” ejek Yongguk. Mata sipitnya berputar ke lain arah di iringi dengan senyum penuh godaan.

Mwo? Apa maksudmu?”

“Bersiaplah untuk hadiahmu jika makanan ini enak.”

“Kau ini,..”

Yongguk melahap omelet yang di olesi saos pedas dan beberapa taburan sosis berbentuk bunga mekar. Daisy sedikit mengerutkan dahi, khawatir dengan hasil masakannya.

Not bad,” Yongguk mengangguk-angguk sejenak.

Yes,” Daisy kegirangan.

“Jangan bahagia dulu, masih ada sup rumput laut, aku yakin rasanya hambar.”

“Jangan meremahkanku!” cibir Daisy tidak suka.

Suara seruputan kuah Yongguk terdengar jelas, kemudian Yongguk mengecap beberapa kali, menerka nerka rasa.

“Bagaimana?” Daisy khawatir.

Yongguk meletakkan sendoknya dan berkata.

“Kemarilah, aku akan menciummu. Kau mau minta berapa lama aku menciummu? 1 menit? 2 menit?”

“Gombal,” Daisy terkekeh.

“Kemarilah!”

“Habiskan dulu sarapanmu, aku tidak ingin mengganggu kemesraanmu dengan masakanku”

“Jangan menggodaku Daisy, kemarilah! Atau aku akan membatalkan hadiahmu ini?”

“Aku tidak akan kesana jika kau tidak menghabiskan makanan itu, aku sudah bersusah payah membuatnya.”

“Gadis keras kepala, baiklah!”

Yongguk meneruskan makannya, sedangkan Daisy membereskan beberapa perabotan yang kotor. Selang beberapa menit Daisy memutar badan untuk mencuci piring, tak lama setelah itu terdengar suara sendok jatuh dan berlanjut dengan piring pecah. Daisy tidak langsung menoleh, berpura-pura tidak mendengar.

“Akhirnya waktu ini datang juga,” Daisy tersenyum licik.

Daisy meletakkan perabotan basah di bak pencucian, memutar badan untuk melihat apa yang terjadi. Inilah pemandangan yang dia inginkan. Yongguk memekik kesakitan di meja makan. Mulut yang berhiaskan bibir mempesona itu sekarang terbuka mencari oksigen. Tangan yang baru beberapa menit digunakan untuk menggenggam Daisy sekarang mengepal-ngepal udara, seperti mencari pegangan. Dia tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun, kecuali memekik kesakitan. Perlahan Daisy mendekatinya, tidak ada perasaan khawatir.

“Sayang, kau kesakitan? Nikmat sekali bukan?” tanya Daisy dengan binar mata bahagia.

Badan Yongguk mulai menggigil kedinginan, keringat dingin menghiasi pelipis, matanya merah menahan sakit di dada yang membuat Yongguk sulit bernafas. Susah payah Yongguk menoleh ke Daisy, ingin memamerkan kesakitannya ini. Bibir Yongguk bergetar hebat, Daisy tahu dia ingin mengucapkan beberapa kata tapi dia tak sanggup.

“Lihatlah, seorang Bang Yongguk sekarang sedang sekarat. Tapi kau tetap terlihat tampan,” Daisy mengusap lembut rambut Yongguk, kemudian ia meneruskan kata-katanya lagi.

“Oh, kau bilang apa tadi? Ingin menciumku? Berani-beraninya kau, mati saja sana!” selesai sudah dengan elusan lembut, sekarang berganti dengan sosok Daisy yang sebenarnya. Sengaja Daisy mendorong Yongguk hingga dia jatuh tersungkur ke lantai. Darah segar langsung keluar dari sudut bibir Yongguk. Tak berapa lama busa putih keluar bercampur dengan darah tersebut. Yongguk menggeliat geliat kesakitan, seluruh tubuhnya seperti meradang dan kepanasan. Tidak hanya itu yang dirasa Yongguk, di bagian kaki dan tangan terasa seperti silet yang mengiris-ngiris kulit dan tombak tajam yang mencabik cabik dadanya, SAKIT!

“Kau kuat sekali, seharusnya racun itu sudah membunuhmu dalam hitungan detik, sekarang sudah hampir 15 menit, kenapa kau belum mati?” Daisy duduk jongkok tepat di depan Yongguk. Menggumam sendiri dan berharap kematian Yongguk segera datang. Sungguh Yongguk mengutuk Daisy. Dia tidak tahu ternyata wanita ini akan meracuninya seperti ini. Kenapa dia tega sekali membunuh Yongguk? Bukankah dia yang mengejar Yongguk?

“K….aaa….uuu,” Yongguk berhasil membuka suara di sela-sela desahan nafasnya yang keluar satu persatu. Darah semakin deras keluar dari sudut bibirnya, berselang beberapa detik darah keluar dari hidung dan telinga. Suhu tubuh Yongguk juga semakin menurun.

“Mati sana!” Daisy menatap datar ke wajah Yongguk. Tidak ada sedikitpun cinta di mata kecil itu. Daisy berubah menakutkan.

Melihat keadaan Yongguk sekarat membuat Daisy semakin bahagia. Tanpa bersalah sedikitpun, Daisy duduk santai di meja makan, menyeruput sisa jus jeruk milik Yongguk dan makan buah jeruk. Ekor matanya terus mengawasi Yongguk, menikmati pemandangan kekasihnya di ambang kematian.

“Ah kenapa lama sekali? Apa aku perlu bermain dengannya sebentar?”

Kembali Daisy menghampiri Yongguk, dengan keadaan sekarat Yongguk masih berusaha menarik Diasy dengan tangannya tapi wanita itu malah tertawa lebar.

“Apa kau ingin mati sambil menggenggam tanganku hah? Begitu cintakah kau padaku? Sebenarnya aku ingin mengukir namaku di badanmu, tapi aku takut merusak tubuh indahmu itu, Yongguk sayang, jika kau mencintaiku maka matilah sekarang, arasso? Aku tidak punya banyak waktu menunggumu sekarat begini, maka cepatlah mati, palli!”  Yongguk tidak menjawab dengan suara melainkan dengan lirikan penuh amarah.

“Yak Bang Yongguk, apa sekarang kau sedang melotot ke arahku? Berani-beraninya kau?”

“Ka..u saja.. yang ma…..ti,” Yongguk mengucap sederet kata-kata terbata-bata.

“Apa yang kau katakan hah?” emosi Daisy tersulut mendengar perkataan Yongguk.

“Kau saja yang mati, wanita jalang!!” sekuat tenaga Yongguk mengumpat di depan

Daisy.

Mwoya? Yak!!” emosi Daisy semakin tak tertahan. Tidak terima dengan perkataan Yongguk Daisy berlari ke kamarnya, mengambil suntikan yang sudah berisikan racun Botulinum Toxin. Racun ini memiliki potensi dapat melumpuhkan korban dengan kelumpuhan otot dan sistem pernafasan.

“Kita lihat sekarang siapa yang menang,”

Dalam satu tancap saja Daisy berhasil menembus kulit ari Yongguk, mengantarkan racun tersebut ke dalam pembuluh darahnya. Darah Yongguk semakin memanas menerima suntikan terlarang itu.

“Kau yang mati Yongguk, kau yang mati, yak!!” tidak hanya satu suntikan tapi dua suntikan yang Daisy berikan.

Yongguk langsung mengerang kesakitan, mengepal tangannya keras hingga otot-ototnya seakan ingin keluar dari kulitnya. Wajah Yongguk semakin memerah, busa putih dan darah ikut deras keluar dari mulut Yongguk dan benar! Dalam hitungan detik Yongguk menghembuskan nafas terakhir. Daisy bernafas lega dan tertawa bahagia misi kali ini berhasil, walau dia harus bermain sedikit lama dengan Yongguk.

“Lihat aku yang menang bukan? Selamat berbahagia disana Yonggukku.” Selesai dengan urusan Yongguk, Daisy mengambil ponsel dan menekan nomor disana, menelfon seseorang…

Yeobboseo,”

Yeobboseo, Daisy?”

Ne, ini aku Daisy, aku sudah berhasil membunuh target kita. Kau bisa mengambilnya dirumahku. Segeralah ambil sebelum aku muntah melihat wajahnya.”

“Bersabarlah! Dalam waktu 10 menit aku akan sampai disana. Bos pasti akan senang, mendapat organ tubuh baru.”

“Tentu saja. Seperti Dr. Kim katakan, Yongguk memiliki organ tubuh yang bagus, kita akan mendapat uang banyak dari penjualan organ tubuhnya,”

“Lalu bagaimana dengan tubuhnya? Kita kan tidak membutuhkannya?”

“Buang saja bodoh! Atau bisa kau gunakan untuk makan anjing-anjingmu, mudah kan?”

“Kau benar, oh ya Dr. Kim mengirim kembali informasi orang yang bisa kita gunakan sebagai target selanjutnya.”

“Benarkah? Kau kirim saja foto dan biodatanya, aku akan segera mengatasi semuanya,”

“Baiklah Daisy, segera aku kirim.”

“……”

Telfon terputus. Tidak berapa lama ponsel Daisy berdering, pemberitahuan email masuk. Pasti email target selanjutnya. Daisy membuka email itu cepat.

“Jung..Dae..hyun” gumam Daisy mengeja nama targetnya.

“Wah, dia terlihat lebih bodoh dan polos. Sepertinya lebih mudah ketimbang Yongguk, baiklah aku akan mulai bekerja hari ini. Mungkin satu minggu aku sudah bisa menjual organ tubuhnya.” Daisy meletakkan ponselnya dan kembali meneruskan pekerjaannya tadi yang belum selesai.

 

******

Nama              : Kim Daisy

Umur               : 26 Tahun

Pekerjaan        : Sindikat penjual organ tubuh manusia

Status               : Buron polisi selama 3 tahun.

 

“Berhati hatilah! Siapa tahu kau korban selanjutnya!” –Daisy–

 

THE END