Stupid Liar Part 4

wpid-stupid-liar-poster-by-noranitas-jpg

Part 4 finally rilis yeahh ^_^.. Enjoy this part, happy reading~ Dont be a silent readers yeah~
cek part sebelumnya part 1  part 2  part 3


Author             : Vixme

Title                : Stupid Liar part 4

Genre              : Family, Romance, Sedikit Berbau Yaoi (?)

Cast                 :

  • Park Moonbyul (Mamamoo)
  • Ken (VIXX)
  • Leo (VIXX)
  • Cha Hakyeon (VIXX)
  • Do Kyungsoo (EXO)
  • Park Kyungri (9Muses)
  • Cast bisa bertambah seiring FF berjalan

~Summary~

Cinta dan perpisahan itu sesuatu yang rumit untuk dimengerti. Sistematika perjalanan keduanya susah untuk ditebak meski kau berusaha untuk menerimanya tanpa meronta. Susunan partikel cinta dari sepasang sejoli terkadang sulit untuk dinalar. Itu adalah tampuk misteri yang mustahil kita mendeskripsikan secara jeli. Suka tidak suka nikmatilah

~000~

Setiap kali menginjakkan kaki di rumah tak jarang hal pertama yang terdengar adalah suara kedua orang tuanya yang saling berteriak mengumpat.

Kyungsoo mendesah, tak tahu lagi apa yang bisa ia lakukan untuk membuat mereka diam. “Sampai kapan kalian seperti ini” Kyungsoo menutup telinga dengan kedua tangannya. Dia tak tahan mendengar semua kekacauan ini.

“Aku muak dengan semua ini” gumam Kyungsoo. Diraihnya sebuah benda suntik yang telah berisi sebuah cairan bening didalamnya. Dia menyeringai, saat ia mendorong jarum suntik itu menembus permukaan kulit. Matanya memicing menikmati semburan isi suntikkan itu ke dalam tubuhnya. Bersiap memasuki dunia penuh fantasi dan kesenangan. Dunia yang tanpa ada keributan, tanpa makian dan tanpa benda-benda yang dilempar.

*****

“Hey, kenapa mandimu lama sekali” gerutu Ken. Hampir setengah jam ia berdiri di depan pintu kamar mandi.

“Tidak bisakah kau sedikit bersabar?” dengus Moonbyul saat keluar dari kamar mandi berpakaian lengkap dan rambut yang masih setengah basah. Ken tersentak melihat Moonbyul dengan rambut setengah basah dan aroma tubuhnya mencuat menggoda indera penciumannya. Ini adalah kali pertama Ken melihat laki-laki di hadapannya itu sehabis mandi, terlihat sangat cantik, sangat sexy dan tentunya menggoda. Jantung Ken bergejolak hebat, darahnya dengan cepat mengalir menuju otak dan membiarkan aura mesum menguasainya.

“Yak!! kenapa kau memandangku seperti itu?? Dasar mesum!!” umpat Moonbyul segera pergi dari hadapan muka mesum Ken yang seolah-olah ingin menerkamnya hidup-hidup. Ken tersadar dari fantasi mesumnya lalu berteriak “Aku tidak sedang memandangmu bodoh!! Kau bukan type ku,” kemudian dia masuk ke dalam kamar mandi dengan senyum aneh terpantri di wajahnya.

“Ternyata dia ‘cantik’ juga,” gumam Ken.

Saat Moonbyul melewati ruang tengah tempat biasa mereka menonton tv, ekor mata Moonbyul menemukan sebuah bingkai foto berukuran sedang diatas meja dekat sofa. Sebuah foto seorang bocah laki-laki tengah tersenyum diatas sebuah ayunan.

“Itu foto Ken saat umur 5 tahun.” tiba-tiba Leo berkata dari belakang punggung Moonbyul.

“Kau mengejutkanku Leo-ssi

“Aku masih tak percaya Ken tumbuh menjadi laki-laki yang menyebalkan, padahal dulu dia sangat manis,” gumam Leo pelan. “Mulai sekarang panggil saja aku hyung, arra!” tambah Leo.

Hyung??” Moonbyul nampak berpikir, entah mengapa itu terasa aneh di bibirnya.

“Baiklah.. Leo Hyu..Hyung,” Leo mengangguk puas. Lagi Moonbyul memandang bingkai foto tersebut. Ya Ken memang terlihat sangat manis. Batin Moonbyul.

Tiba-tiba saja suasana hening itu buyar saat bunyi ponsel Leo meraung-raung meminta segera untuk di angkat. Leo mendesah pelan begitu mendengar suara di ujung telepon. Si penelpon yang super cerewet untuk ukuran seorang pria.

Yeboseoyo

Jawab Leo, lalu pergi meninggalkan Moonbyul yang masih sibuk melihat-lihat foto.

“Aku tidak mau tahu apa alasanmu kali ini, yang pasti aku ingin melihatmu besok di kantor jam 10 pagi “ kata Hakyeon to the point. Leo menatap ponselnya dengan wajah aneh.

“Untuk apa?”

“Untuk apa kata mu?” Seru Hakyeon. “Kau benar-benar membuat ku gila!”

“Katakan saja apa yang terjadi”

“Ada seorang investor yang ingin membicarakan tentang proyek raksasa kita” sahut Hakyeon serius.

“Kalau begitu kenapa tidak kau saja, aku sedang malas membicarakan bisnis. Temui saja dia seperti kau biasa menemui Client yang lain.” belum sempat Leo memutus sambungan teleponnya, Hakyeon sudah berteriak cukup keras.

“YAK!! Dia ingin bertemu langsung dengan Presdirnya bukan dengan wakilnya!!” Leo menjauhkan ponselnya segera sebelum Hakyeon membuat masalah serius pada pendengarannya.

“Beraninya kau membentakku Cha Hakyeon!” Leo menjawab dengan nada dingin tandanya Hakyeon harus ingat dimana posisinya meskipun mereka bersahabat.

“Maafkan aku, aku sedang kesal. Investor itu selalu mendesakku untuk memanggilmu” Hakyeon mendesah.

“Apa tidak bisa hanya melalui skype?”

“Orang itu mengancam akan membatalkan kontrak jika besok kau tak muncul”

“Orang itu akan melakukan segala cara untuk bisa mendapatkanmu Leo-ya” tambah Hakyeon. Leo menganggukkan kepala sambil mengerucutkan bibirnya.

“Aku mengerti, kalau begitu siapkan segalanya, aku akan tiba di kantor 15 menit sebelum pertemuan” balas Leo lesu. Leo langsung memutus sambungan telepon kemudian menuju ruang tengah menghampiri laki-laki bernama Minbyul yang sedang menonton acara tv.

“Apa kau mau ikut kami berbelanja??” hari ini adalah jadwal bagi Leo dan Ken untuk berbelanja barang-barang kebutuhan mereka. Moonbyul mengangguk.

“Ken, cepatlah! kita akan berbelanja!” teriak Leo.

“Tidak bisakah bersabar sedikit?” Tak lama kemudian Ken keluar dari kamar mandi bertelanjang dada mengekspos tubuh atletisnya, dan tentu saja masih memakai handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Sial, kenapa mereka selalu melakukan itu pada ku. Moonbyul mengumpat dalam hati.

*****

Sepanjang koridor bahan makanan Moonbyul sukses di buat jengah oleh tingkah Ken yang hanya berputar-putar tanpa satupun ia masukkan kedalam keranjang.

“Sebenarnya apa yang kau cari?”

“Entahlah” sahut Ken.

“Kau memang tidak becus berbelanja” Leo memasukkan beberapa sayuran dan kaleng daging.

“Memangnya apa gunanya aku punya Hyung sepertimu” gumam Ken.

“Apa tak ada yang ingin kau beli??” Moonbyul tertegun begitu bahunya di tepuk Leo.

Moonbyul nampak berpikir. Pembalut, dan beberapa pakaian dalam wanita, batinnya.

Jagiya…” tiba-tiba saja muncul seorang laki-laki bersuara lembut nan manja memanggil lalu melingkarkan tangan di lengan kekar Ken. Moonbyul mengedipkan matanya berkali-kali untuk memastikan jika penglihatannya itu masih sangat normal. “Cih, dia lagi” gumam Leo tidak senang.

‘”Ada apa?” tanya Moonbyul berbisik.

“Hey baby..” balas Ken mencubit hidung mancung dari sosok yang menggelayut manja di lengannya. Orang itu—Do Kyungsoo mengarah pandangannya kepada Moonbyul. “Siapa dia Hyung?” tanya Kyungsoo.

“Dia? Dia Kim Minbyul yang pernah ku ceritakan padamu dan ini kau pasti sudah tahu kan. kakakku Jung Leo” Ken mengenalkan.

“Namaku Do Kyungsoo, namjachingu Ken”

Mwo? Na… Namchin!” Seru Moonbyul tak percaya.

“Mereka adalah pasangan gay,” bisik Leo.

Mereka menjijikkan, dan Do Kyungsoo kau lebih – lebih menjijikkan. umpat Moonbyul dalam hati

“Sepertinya aku pernah melihatmu?? Apa kita pernah bertemu?” Kyungsoo mendekatkan wajahnya pada Moonbyul memperhatikan setiap detail wajah yang menurutnya sedikit mirip dengan seseorang yang dikenalnya. Seketika Moonbyul kelabakan.

“Hmm… Aa. aku baru melihatmu, kurasa tidak mungkin jika kita pernah bertemu.” jawabnya gugup.

Kyungsoo menganggukkan kepala. Leo berdecak, ia lalu menarik tangan Moonbyul dan pergi.

Hyung, apa benar Ken…”

“Ya dia seorang gay dan itu pacarnya” sahut Leo ketus.

Leo terus menggenggam tangan Moonbyul erat bahkan saat mereka sampai di meja kasir. Sesekali tangannya gemetar seperti menahan marah. Moonbyul hanya diam. membiarkan tangannya disandera sampai laki-laki tinggi tegap itu merasa tenang.

“Semuanya 84,000 won tuan,” begitu petugas kasir itu mengatakan jumlah belanjaan mereka. Leo pun tersadar dan melepas genggaman tangannya pada Moonbyul.

“Maafkan aku”

No Problem” Moonbyul menjawab dengan santai. “Sepertinya aku harus ke toilet, kau bisa menunggu ku di mobil saja, aku akan segera kembali Hyung

Tanpa menunggu jawaban dari Leo, gadis itu langsung berlari menuju ke suatu tempat. Koridor pembalut wanita. Moonbyul mengendap-endap takut ketahuan. Akan sangat memalukan jika seorang pria membeli pembalut.

“Apa hanya ini yang anda beli tuan?” tanya petugas kasir dengan tatapan menyelidik.

Moonbyul mengangguk dan berpura-pura seolah sedang menelpon seseorang

“Ya, aku sudah membelikanmu pembalut, jadi tenanglah aku akan segera datang” bohong Moonbyul berusaha tenang.

Buru-buru Moonbyul menyembunyikan pembalut itu ke dalam bajunya saat kakinya melangkah keluar dari supermarket.

*****

Malam itu Ken bergegas pergi begitu mendapat sms dari kekasihnya, Kyungsoo. Tak seperti biasanya, laki-laki itu mengirim pesan minta tolong. Dalam perjalan ke rumah Kyungsoo Ken terus berusaha menghubungi kekasihnya itu namun tak juga dibalas. Dan setibanya disana, rumah bernuansa eropa itu tampak sepi. berkali-kali Ken mengetuk pintu tak ada respon. Ken memutar knop pintu kamar Kyungsoo namun terkunci dari dalam.

“Kyungsoo-ngi ini aku Ken”

Entah kenapa hatinya tiba-tiba saja resah. Pasti terjadi hal buruk pada Kyungsoo. Tanpa banyak pikir lagi Ken mendobrak pintu tersebut sekuat tenaga. Dalam 3 kali dobrakan, tubuh Ken pun akhirnya lolos masuk kedalam. Ken tertegun begitu mendapati rumah Kyungsoo yang berantakan. Banyak barang berserakan di lantai dan pecah. Melihat itu Ken semakin ketakutan bila terjadi sesuatu pada Kyungsoo.

Kyungsoo-ngi!!” teriak Ken begitu menemukan tubuh Kyungsoo tergolek lemah di lantai. Meringkuk dengan busa putih kental keluar dari mulutnya.

Ken terus memanggil dan menepuk pipi Kyungsoo namun ia tak bergeming sedikitpun. “Kyungsoo-ngi, aku mohon bukalah matamu, aku mohon” segera diangkatnya tubuh Kyungsoo Dia harus cepat membawa Kyungsoo ke rumah sakit sebelum terlambat.

*****

            “Aku pergi dulu jaga dirimu dan rumah ini baik-baik, Ok”

“Hati-hati Hyung” balas Moonbyul

“Jika Ken membuat masalah, kau bisa memukulnya hingga pingsan selama aku pergi,”

“Bisa-bisa aku yang babak belur di hajarnya,” kekeh Moonbyul dan Leo hanya tersenyum sebelum menghilang di balik pintu.

Ini adalah kesempatan bagus baginya menelpon Kyungri. Sudah lama sejak insiden kejar-kejaran itu mereka tak saling menelpon. Mungkin gadis itu sudah hampir gila mencari keberadaan selama ini.

Unnie” sapa Moonbyul di ujung telepon.

“Yak!! apa kau sudah gila! Kemana saja kau selama ini?” Kyungri berteriak campur lega.

“Aku baik-baik saja unnie, jangan khawatirkan aku, aku berada di tempat yang aman.”

“Katakan dimana kau sekarang”

Moonbyul menolak memberitahu Kyungri dimana dia tinggal saat ini. Kali ini dia tak ingin satu pun mengetahui keberadaannya. Setelah sekian lama berdebat, akhirnya Kyungri mengalah. Kali ini Kyungri akan membiarkan adiknya berlaku sesukanya.

“Baiklah, aku akan menelpon mu lagi nanti,” kata Moonbyul sebelum menutup sambungan telepon.

Tiba-iba saja terdengar suara pintu terbuka. Itu pasti Ken, batin Moonbyul.

Saat gadis itu menoleh ke arah Ken, dia terperangah mendapati keadaan laki-laki itu cukup mengerikan. Wajah yang pucat dan mata sembab, benar-benar kacau.

“Apa yang terjadi denganmu?” tanya Moonbyul, menghampiri Ken yang menatapnya dengan pandangan kosong.

Brukk!!!! Ken pingsan menimpa tubuh Moonbyul.

“Yak, Ken-ah..” teriak Moonbyul terkejut saat Ken pingsan diatas tubuhnya. Dengan susah payah Moonbyul menyingkirkan tubuh Ken dari atasnya dan membawanya ke kamar. Kaki Moonbyul yang belum sepenuhnya sembuh membuatnya kewalahan membawa tubuh Ken yang cukup berat.

Ken terus mengigau, dan didalamnya ada nama Kyungsoo. Mendengar itu Moonbyul benar-benar di buat muak sekaligus kasihan.

“Dimana ini?” tanya Ken sembari memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit.

“Akan ku ambilkan obat sakit kepala, tunggu sebentar” ucap Moonbyul namun lengannya ditahan oleh Ken. Ditariknya kuat tubuh Moonbyul hingga terjatuh tepat di atas tubuh Ken. Ken lalu memeluk tubuh Moonbyul erat.

“Yak!! Apa yang kau lakukan!!”

“Tetaplah seperti ini, hanya sebentar” ucap Ken lirih, Moonbyul pun berhenti meronta.

Oke hanya sebentar, kata Moonbyul dalam hati meski kini jantungnya mulai berdetak tak karuan. Semoga saja Ken tidak sampai merasakan detak jantung Moonbyul yang liar ini. Ken membenamkan wajahnya di ceruk leher Moonbyul, mencoba membayangkan jika laki-laki yang dipelukkannya kini adalah Do Kyungsoo. Moonbyul merasakan tubuh Ken sedikit bergetar, bahunya terasa sedikit basah, dan juga suara sesunggukkan.Laki-laki itu kembali menangis untuk kesekian kalinya.

“Sebenarnya ada apa?” tanya Moonbyul lirih. Ken tidak menjawab ia bahkan semakin mempererat pelukannya. Moonbyul mengerti ini bukan saat yang tepat untuk bertanya. Dia harus menunggu.

*****

Leo hanya diam menatap Ken yang masih enggan menyentuh makanannya. ini sudah lewat 12 hari sejak kematian Kyungsoo, tapi Ken masih ingin terkungkung dalam kesedihan. Sepanjang hari ia hanya merenung dan bahkan tidak tidur. Wajahnya yang semakin pucat membuat lingkar hitam di matanya nampak jelas dan semakin lebar.

“Mau sampai kapan kau begini?”

Ken melirik ke arah Leo sejenak. Lalu meninggalkan meja makan tanpa menjawab apapun. Dia berbaring di atas sofa dan membenamkan wajahnya dalam-dalam.

“Anak ini” desis Leo seraya menggelengkan kepala.

“Ketika seseorang sedih, dia adalah orang paling kuat bertahan hidup” celetuk Moonbyul dan Leo membenarkan hal itu.

Hyung, bagaimana dengan nenek temanmu itu, apa dia baik-baik saja?”

“Apa? Nenek? Dia baik-baik saja, pinggangnya benar-benar rapuh” bohong Leo yang sebenarnya pergi menemui seorang client bisnis bukannya nenek Hakyeon yang sakit pinggang. Leo selalu menyembunyikan identitasnya sebagai pewaris perusahaan raksasa di Korea—Haewon Corp. Dia tak ingin selalu dibuntuti banyak pengawal yang senantiasa mengelilinginya sewaktu di Seoul. Baginya itu benar-benar menyebalkan.

Suara bel pintu tiba-tiba menginterupsi makan malam mereka. Dan tak lama muncul seseorang dengan setelan jas rapi menenteng beberapa botol bir.

“Leo-ya mari kita berpesta!” seru seseorang dengan setelan jas rapi yang tak lain adalah Hakyeon.

“Apa yang kau lakukan disini?” Leo menatap Hakyeon tajam.

“Siapa dia Leo-ya?” bukannya menjawab, Hakyeon malah balik bertanya siapa laki-laki disamping Leo.

“Dia teman ku”

“Baiklah mari kita berpesta” seru Hakyeon kegirangan.

“Apa maksudmu dengan pesta?” Leo masih tak mengerti dengan maksud Hakyeon yang tiba-tiba muncul dengan membawa beberapa botol bir. Hakyeon hanya tersenyum dan memberi isyarat jika mereka menang proyek besar.

*****

            Pesta dadakan yang diciptakan oleh seorang Cha Hakyeon membuat suasana rumah Leo yang biasanya sangat rapi kini sangat berantakan. Tak jelas siapa yang membuat kekacauan ini, namun yang pasti mereka—Hakyeon, Leo dan Moonbyul benar-benar mabuk berat. Ken satu-satunya yang tak ingin bergabung meski Hakyeon terus memaksa. Dia enggan mengingat lagi saat-saat dimana ia menenggak alkohol yang selalu ditemani Kyungsoo. Alkohol membuatnya semakin merindukan sosok Do Kyungsoo dalam hatinya.

Di saat Ken akan mengambil beberapa koleksi CD di kamarnya, tanpa sengaja ia menemukan sebuah bungkusan aneh di bawah rak tempat CD kesayangannya diletakkan.

“Minbyul-ssi” Ken memanggil Moonbyul dengan tendangan kecil di pantat.

“Yak! Minbyul-ssi” kini Ken berteriak keras.

Wae?” gumam Moonbyul seraya memegangi kepalanya.

“Jelaskan apa ini? Kenapa benda ini ada di kamar ku!” Ken melempar sebuah bungkusan kecil berwarna putih tepat di wajah Moonbyul. Suara rebut Ken membuat Leo dan Hakyeon yang juga tidur di ruangan yang sama terpaksa bangun.

“Yak! Minbyul-ssi!” sang pemilik nama hanya tertunduk diam dan tak menghiraukan teriakan Ken, tak lama Moonbyul pun berlari ke toilet dan segera memuntahkan seluruh isi perutnya. Dia selalu saja seperti itu tiap kali mabuk.

“Dasar menyebalkan” Ken duduk di atas ranjang sambil terus menggerutu. Leo bertanya keributan apa yang terjadi di hari sepagi ini. Namun Ken tak menjawab. Dia lebih memilih buang muka sangking sebalnya.

“Minbyul-ssi, apa kau baik-baik saja?” Hakyeon berteriak kearah toilet.

“Yeah, I’am ok!” sahut Minbyul saat keluar dari toilet.

“Apa kau yakin baik-baik saja?” kini giliran Leo yang bertanya saat melihat wajah Moonbyul yang sedikit pucat. Moonbyul menggeleng dan membiarkan tubuhnya roboh di atas ranjang.

”Katakan, benda apa ini yang kau masukkan ke kamar ku!”

“Apa kau tak lihat itu adalah pembalut” jawab Moonbyul enteng.

“PEMBALUT!!!!” teriak ketiga laki-laki itu berbarengan. Kening mereka mengerut bersamaan. Tak habis pikir dengan jawaban laki-laki didepan mereka saat ini. Mendengarkan itu Minbyul pun sadar jika ia telah melakukan sebuah kesalahan besar.

“Hehehe, Itu milik noona ku, aku tidak tahu bagaimana bisa benda itu ada di tas ku, hehehe, sungguh itu milik noona ku” jawab Moonbyul gugup.

“Kau yakin?” Hakyeon bertanya menelisik.

“Te… tentu saja, mana mungkin seorang pria memakai pembalut, ya kan?” sahut Minbyul panik. Tak henti-hentinya ia meruntuki kebodohannya itu dalam hati. Betapa cerobohnya dia hingga Ken sampai menemukan pembalut itu.

“Singkirkan benda menggelikan itu dari kamar mu atau kau yang harus menyingkir” peringat Ken. Minbyul hanya mengangguk lemas. Kali ini dia selamat.

*****

“Apa kau sudah menemukan wanita cantik untuk kau jadikan calon istri??” tanya Hakyeon sedikit berbisik.

“Jangan terus mengingatkanku. Itu membuatku pusing” jawab Leo malas.

“Haruskah ku menyewakanmu seorang wanita untuk bersandiwara jadi pacar mu?” tawar Hakyeon.

“Kau pikir seorang wanita itu sebuah barang yang pantas untuk disewa? Aku tidak tertarik”

“Aku tidak yakin kau bisa mencari pacar dalam waktu 2 minggu. Lagi pula sepertinya kau belum bisa melupakannya” Leo mendesah, ya itu benar. Sulit baginya melupakan sosok sang Kekasih di hatinya.

“Sudahlah aku akan mengurusnya sendiri”

“Aku bahkan tak yakin” sindir Hakyeon.

“Jika kau tidak bisa diam, kau bisa pergi dari sini,” Dia tidak ingin berdebat lebih lanjut dengan Hakyeon. Itu membuatnya semakin pusing memikirkan rencana perjodohan yang dilakukan oleh ayahnya. Leo mengacak rambutnya kasar. Mau tidak mau dia harus segera menikah. Itu syarat utama agar Leo dapat menjalankan “Haewon Corp” sesuai dengan keinginannya tanpa urus campur Ayahnya lagi. Dan jalan menuju itu hanya ada satu pilihan yaitu perjodohan.

Tak lama kemudian ponselnya bergetar. Leo menghela nafas berat begitu tahu siapa yang menelpon.

Abeoji.. Bagaimana dengan liburanmu, apa kau menikmatinya?” sapa Leo.

“Kau sengaja mengirimku ke tempat ini untuk membuatku melupakan sesuatu, bukan begitu? Ku peringatkan kau sekali lagi, berhenti bermain-main dan bawa calon istrimu di hadapanku sebelum aku mengatur kehidupanmu lebih lanjut” tegas ayah Leo.

“Dan lagi, katakan pada Hakyeon, temui aku di kantor besok” hanya dengan satu nada pip, dan sambungan telepon itu langsung terputus tanpa sempat Leo menjawab.

“Mati kau Cha Hakyeon” gumam Leo sembari melirik tajam ke arah Hakyeon.

*****

Sejak kejadian tadi pagi, Moonbyul takut bertatap muka dengan Ken. Sejujurnya dia sangat malu. Malu sekali hingga rasanya ia ingin sekali mengubur dirinya di perut bumi. Seorang pria dengan santainya menyimpan pambalut wanita, pasti itu yang ada di dalam pikiran Ken. Dia tak berani keluar dari kamar meski Leo telah menyuruhnya untuk makan siang.

“Yak!! Kim Minbyul-ssi, cepatlah keluar sebelum aku menyeretmu” Ken mengetuk pintu kamar dengan kasar.

“Kenapa kau suka sekali membuat ku berteriak memanggil—mu?”

Brak! pintu itu tiba-tiba saja terbuka disaat Ken tengah menyandarkan tangannya disana.

Seketika Moonbyul merintih kesakitan ketika tubuh besar Ken menimpanya dan menimbulkan benturan di kepala. Untuk beberapa detik, Ken terdiam. Sibuk hanyut dalam pandangan spontan dan cukup dekat.

“A…Apa yang kau lakukan!” Moonbyul melotot begitu menyadari jika sesuatu menyentuh bibirnya. Tak lama kemudian dia berteriak dan berusaha keras menggulingkan tubuh Ken dari atas tubuhnya. “Apa-apaan kau ini!” teriak Moonbyul sambil mengusap bibirnya kasar.

“Itu salahmu karena membuka pintu sembarangan!” Ken bangkit dengan kikuk. Entah ini efek terkejut atau apa, yang pasti sesuatu sedang terjadi dengan jantungnya.

“Dasar bodoh, siapa suruh kau bersandar di pintu?”

“Ikut aku!” Ken menarik paksa tangan Moonbyul keluar kamar.

“Lepaskan tangan ku, aku bisa berjalan sendiri” ronta Moonbyul.

Ken membawa Moonbyul keluar rumah lalu menuju halte bus. Berkali-kali Moonbyul berteriak dan berusaha melepas genggaman tangan Ken namun usahanya sia-sia. Ken tak sekalipun menggubris bahkan cengkraman tangan Ken semakin kuat.

Moonbyul hanya bisa menghela nafas berat. Ken masih tak ingin memberitahunya meski sudah hampir 30 menit bus membawa mereka ke suatu tempat.

“Apa kau sudah memberitahu Leo hyung jika kita keluar?”

“Memangnya untuk apa?” balas Ken ketus.

“Hanya saja aku tidak ingin dia khawatir” jelas Moonbyul.

“Berhentilah bertingkah selalu khawatir padanya. Seperti kau ini kekasihnya”

“Bu…. bukan begitu. Maksud ku—,”

“Ah sudahlah jangan membicarakan Leo hyung, dia bisa mengurus dirinya sendiri,” potong Ken cepat. Dia tidak sedang bertengkar dengan Leo. Hanya saja dia sedikit sebal jika Minyul terus memikirkan kakaknya.

Pada akhirnya sampailah mereka di sebuah pantai. Ken berkata ia hanya ingin melihat saat-saat matahari terbenam. Dan beruntung mereka sampai tepat di saat matahari akan memulai ritualnya tidur dalam peraduan.

“Wow, Ini benar-benar indah, belum pernah aku melihat yang seindah ini” seru Moonbyul kegirangan. Dia berlari ketepian pantai kemudian menciptakan cipratan air dengan kaki mungilnya. Rasanya sudah sangat lama sekali ia tak bersenang-senang seperti ini. Diraihnya sebuah ranting kecil dan mulai membuat coretan diatas pasir. Awalnya Ken hanya sibuk memandangi langit yang perlahan kelam namun ketika ekor matanya menangkap gerak – gerik Minbyul yang menggemaskan membuatnya beralih pandangan.

Ken diam-diam menghampiri Moonbyul dan melihat sebuah gambar wajah dengan ekpresi cemberut, Moonbyul menulis nama Ken di samping gambarannya.

“Gambarmu jelek” cibir Ken. Moonbyul berdecak

“Bukan gambarku yang jelek, tapi kaulah yang jelek. Apa kau tidak sadar jika wajahmu semakin jelek dengan pipi tirus dan kantung mata hitam disana” Moonbyul menunjuk pada mata Ken. “Dan  ini. Matamu bahkan lebih mengerikan dari yang aku gambar,”

“Kau tahu jika seseorang 1 detik meratapi kesedihannya maka itu artinya dia kehilangan 10 detik kebahagiannya” tambah Moonbyul.

“Dari mana kau dapat kata-kata seperti itu? Berlagak sok bijak” ledek Ken seraya merebut ranting yang digunakan Moonbyul untuk menggambar. Sebuah gambar yang terlihat seperti suasana matahari terbenam dan ada dua orang sedang entah sedang apa. Hanya berdiri beriringan, dan Ken membuat mereka seolah bergandengan tangan. Moonbyul bertanya gambar apa itu, dan Ken hanya tersenyum sembari menikmati terpaan angin.

Ken mulai bercerita saat pertama kalinya ia menemukan Kyungsoo di pantai ini. Mereka menikmati matahari terbenam dan bermain ditepian pantai. Waktu itu usia mereka masih 12 tahun. Ia percaya jika itu saat dimana orientasi seksualnya berubah. Kyungsoo adalah anak paling malang, cerita Ken. Mendengar itu Moonbyul hanya mengangguk sebagai pendengar yang baik. Dan dalam hati ia mulai bersimpati pada musuh besarnya itu.

Dering ponsel Moonbyul menginterupsi cerita Ken. Moonbyul langsung mengangkat telepon tersebut begitu tahu yang menelpon itu adalah Leo.

Ne, hyung

“Sedang ada dimana kau?”

Ken merebut ponsel Moonbyul dan berkata, “Dia sedang bersama ku, jangan khawatir kita hanya sedang berjalan-jalan”

“Dimana kau sekarang?” tanya Leo cepat.

“Kau tak perlu menyusul kita, kita bisa pulang sendiri” Ken menutup sambungan telepon itu sepihak.

“Kenapa kau bertingkah seperti ini?” tanya Moonbyul. Ken tak menjawab. Dia lalu berjalan menjauhi pantai dan diikuti oleh Moonbyul yang terus memanggil namanya.


Leo terus mondar mandir sembari mencoba menelpon Moonbyul atau Ken sekali lagi. Tapi tak satupun dari mereka yang menjawab. Beberapa menit yang lalu sebuah berita perkiraan cuaca mengatakan jika akan ada hujan lebat di kota Gwangju. Berkali-kali ia mengumpat kesal.

“Kenapa mendadak anginnya kencang sekali”

“Mungkin sebentar lagi akan datang badai” jawab Ken menelisik perubahan cuaca yang secara tiba-tiba.

“Kita harus segera pulang sebelum terjebak badai,” Ken mengangguk mengiyakan. Mereka berjalan mencari halte bus terdekat. Perlahan merincik hujan menyapu jalanan aspal yang kering. Menciptakan titik air yang dingin.

“Sial, kenapa cepat sekali hujan datang?” gerutu Ken. Ia lalu menarik lengan Moonbyul dan berlari menghindari hujan sebelum tubuh mereka kuyup.

“Kau yakin kita bisa pulang?” tanya Moonbyul cemas melihat guntur meraung-raung bersama angin kencang. Ken mengumpat kesal saat mendapati ponselnya mati dan begitu juga dengan Moonbyul.

Cras! Petir datang dengan kilatan cukup lebar. Membuat sebuah retakan di antara tumpukkan awan gelap. Moonbyul duduk meringkuk seraya menutup telinganya rapat-rapat.

“Hentikan, tolong hentikan!” rengeknya dalam ketakutan. Sejak kecil dia paling takut pada petir dan guntur. Ken menoleh ke arah Moonbyul dan memperhatikan tubuh mungil itu mulai bergetar.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Ken. Moonbyul terus merengek minta agak suara mengerikan dari langit itu cepat hilang. Beberapa menit kemudian Moonbyul mulai menangis ketakutan. Ken lantas merengkuh Moonbyul dalam pelukannya dan mengusap punggung Moonbyul pelan.

“Minbyul-ssi, tenanglah!”

“Hentikan, hentikan!!”

Perlahan tangan Moonbyul menggenggam tangan Ken, berharap dengan begitu ketakutannya terobati meski sedikit. Ken terus mengusap punggung Moonbyul dan memintanya untuk tenang.


Semalaman Leo menunggu Ken dan Moonbyul di ruang tamu. Kedua pria itu telah membuatnya tak bisa memejamkan mata barang sedikitpun sangking cemasnya. Dia ingat jika Minbyul pernah berkata, dia sangat benci hujan. Hujan selalu membuat suara yang mengerikan. Dia takut terjadi apa-apa pada Minbyul ketimbang dengan adik kandungnya.

Beberapa menit kemudian..

Pip! suara pintu rumah berbunyi. Leo pun bergegas melihat siapa yang datang. Semoga saja itu Minbyul dan Ken. Pikir Leo. Dan ya ternyata benar itu mereka.

“Apa yang terjadi?” Leo tertegun begitu melihat Ken sedang menggendong Minbyul di atas punggungnya. Wajah mereka berdua nampak tidak baik, terlebih Ken.

“Tanyakan saja itu nanti, Minbyul sedang demam tinggi” jawab Ken lemah.

Leo menghela nafas berat. Sepertinya hari ini dia akan sibuk mengurus dua bayi yang sedang sakit.

Tinggal beberapa menit lagi hingga Leo bisa menghidangkan bubur untuk Minbyul yang tergeletak lemah di kamarnya. Namun teriakan melengking Ken membuyarkan konsentrasi Leo, “Ken” gumam Leo. iya itu suara adiknya yang berteriak keras dari dalam kamarnya. “Apa yang terjadi?” batin Leo bertanya. Segera laki-laki ini mematikan kompor dan berlari secepat mungkin ke arah sumber suara. Sesampainya disana, pintu kamar tertutup rapat. Leo mengetuk pintu kamar berkali-kali sambil bertanya apa yang terjadi di dalam sana hingga membuat Ken berteriak seperti itu. Ken tak menjawab, kegaduhan di dalam kamar itu seketika lenyap.

~TBC~